Ambon, Tribun Maluku: Wadah Persekutuan Oikumenis lingkup Pertanian Provinsi Maluku, melaksanakan perayaan Natal bersama bertempat di Aula, SPMA Passo Ambon, Rabu malam (18/12/2024).
Hadir pada acara itu saat serimonial Kepala Dinas Pertanian Maluku, Dr. Ilham Tauda, SP. M.Si, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Maluku, Dr. sc.agr.drh. Faradilla Attamimi, MTAPSc, Sekretaris Distan Maluku, Kepala Bidang, Kepala UPTD lingkup Distan Maluku, serta semua pegawai yang beragama Kristen baik di Dinas Pertanian maupun Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Maluku.
Ibadah perayaan Natal diawali dengan pembakaran lilin induk oleh Pendeta Ny. Lentjie Bakarbessy/Rangkoratat, S.Th (Wakil Ketua MPH Sinode Gereja Protestan Maluku), sekaligus memimpin/melayani ibadah tersebut.
Dalam ibadah perayaan natal tersebut diisi dengan lagu-lagu pujian yang dibawakan oleh paduan suara dan solois, sementara yang bertugas sebagai Liturgos adalah May Hehanussa.
Pembacaan Alkitab dari Injil Matius 2:1-12 sekaligus dilanjutkan dengan khobtah natal oleh Pendeta Ny. Lentjie Bakarbessy/Rangkoratat, STh.
Dalam khotbah natal Pendeta Lentjie Bakarbessy/Rangkoratat mengatakan bahwa sukacita natal sebetulnya yang paling penting adalah karena kita sudah melewati perjalanan hidup yang berat selama 11 bulan 18 hari selama tahun 2024 hingga perayaan natal oikumene ini.
Menurut Pendeta Bakarbessy, dengan tema sentral “Yesus Datang Manusia Diberi Kuasa Untuk Menjadi Anak-anak Allah atau semua orang yang percaya kepada-Nya diberi kuasa menjadi anak-anak Allah.
Teks ini mendemonstrasikan kepada kita bahawa natal itu identik dengan terang. Terang menjadi tanda alam pertama untuk natal.
Bacaan Alkitab Matius 2:1-12 mempresentasikan dua kategori orang yang memberi respon dan motivasi berbeda tentang kelahiran kristus yang membawa terang itu.
Kelompok pertama adalah golongan orang-orang terpelajar yaitu tiga orang majus dari timur yang non Yahudi yang tidak beragama. Mereka dikenal sebagai ahli perbintangan yang bisa menafsirkan pergeseran bintang yang memiliki cahaya dan sifat yang langka. Mereka ini representase dari orang Asia, orang Afrika dan orang Eropa yang suka ilmu pengetahuan dan dengan petunjuk bintang mereka mencari dimana Yesus lahir.
Orang-orang majus ini tidak menyia-nyiakan momentum besar dan berharga ini. Mereka menganut paham politik, menyembah banyak Alla, tapi atribut itu dilepas untuk menyembah Yesus lewat pemberian persembahan yang mahal dan terbaik yaitu emas, keminyan dan mur menurut ukuran jaman itu dan jaman sekarang.
Emas adalah tanda pemuliaan kepada seorang raja. Keminyan adalah tanda pengurapan seorang imam yang menajdi perantara antara manusia dengan Allah dan Mur adalah wangi-wangian yang umumnya digunakan untuk mengawetkan mayat manusia. Dengan Mur, para majus mengakui bahwa Yesus adalah manusia dan Allah yang datang dan menjadi manusia.
Sementara kelompok kedua kata Pendeta Bakarbessy adalah raja Herodes dan seluruh orang-orang suruannya.
Herodes adalah penguasa/pemimpin politik di tempat Yesus dilahirkan yang arogan dan sombong karena mengangga Yesus sebagai kompetitornya sehingga merancang kejahatan untuk membunuh Yesus.
“Dari kondisi dua kelompok ini maka dimanakah posisi kita saat ini, apakah kita sebagai orang-orang Majus atau sebagai Herodes,” tanya pendeta Bakarbessy.
Dia meminta umat masing-masing untuk merenungkan dan mengintrospeksi diri dalam hidup, karya dan pengabdian, baik sebagai pemimpin maupun pegawai pada Distan dan Disketapang Provinsi Maluku.
Dikatakan, terkadang bahasa bisa membunuh karakter dan karya tetapi bisa membunuh tubuh.
Kelahiran Yesus harus memberi dampak bagi kita. Perayaan natal membawa pesan yang bermakna bagi perjalanan dan pengabdian hidup kita di hari esok dan seterusnya.
Untuk itu Pendeta Bakarbessy berharap pada Distan dan Disketapang Maluku harus menjadikan diri sebagai Majus-majus dari timur yang kaya akan intelektual tetapi juga berhati bersih, tulus, taat dan berkorban untuk orang lain.
Serta mematikan spirit Herodes diantara kita seperti angkuh, ambisi, merancang kejahatan terhadap sesama, dan hidupkan energy positif diantara sesama yang penuh kasih serta cinta yang tulus.
Sementara itu, Ketua Panitia Natal, Franki F. Untailawan, SP M.Ec.Dev melaporkan, perayaan Natal dilaksanakan sebagai cara warga persekutuan mensyukuri kasih dan anugerah keselamatan yang dikaruniakan Allah melalui kelahiran Sang Juruslamat bagi dunia ini melalui perayaan Natal.
Perayaan Natal ini bertujuan untuk: Memelihara Kebersamaan Antar Umat Beragama demi menjaga persatuan dan kesatuan, Meningkatkan spiritualitas warga persekutuan oikumene demi mendukung produktifitas dan kinerja pelaksanaan tugas.
Perayaan Natal hari ini diikuti oleh warga persekutuan oikumene dan pendukung acara yang diperkirakan + 250 orang, dengan biaya berasal dari Subsidi Wadah Oikumene, sumbangan sukarela anggota dan swadaya usaha dana panitia melalui penjualan Bazaar Ayam Lalapan.