AMBON – Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) memiliki lahan kritis terbesar di Maluku, kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Maluku, Adzam Bandjar dalam konfrensi pers, Rabu ( 24/10) di Kantor Dishut Promal, Ambon.
Menurutnya, Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 559 pulau, Daratan dan pegunungan Provinsi Maluku tidak terlepas dari gugusan gunung dan danau yang terdapat hampir di seluruh Kabupaten/Kota.
Luas Wilayah Provinsi Maluku secara keseluruhan 81.376 km2 yang terdiri dari Luas Lautan 527.191 km2 dan Luas Daratan 54.185 km2, Dengan kta lain sekitar Wilayah Provinsi Maluku adalah Lautan dan Menurut letak Astronomis maka Wilayah Provinsi Maluku terlatak antara 20.30’ – 90 LS dan 1240 – 1360 BT.
Dari luas daratan 54.185 km2 diketahu, kurang lebih 796.891 Ha Hutan diseluruh Kabupaten/Kota tergolong dalam tanah kritis. dan Hutan yang memiliki potensi tanah kritis terbesar, seperti SBB memiliki lahan kritis terbesar dengan persentase 18.01 %, disusul Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) 15, 53%, kabupaten Maluku Tengah (Malteng) 14.5% dan kabupaten Buru 12,00%.
Sementara Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) 11.98%, Kab Aru 11,80% , Kabupaten Seram Bagian Barat (SBT) 8,42%, kabupaten Buru Selatan (Buserl) 4,81%, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) 2,79%, Kota Ambon 0,65% dan K0ta Tual sebagai daerah yang meliki luas tanah kritis terkecil yakni berkisar 0.19% .
Bandjar menjelaskan, luas tanah kritis ini merupakan dampak dari kandungan mineral yang tinggi pada wilayah-wilayah dimaksud, sehingga kekeringan yang terjadi pada areal tanah kritis adalah hal yang wajar.
Ditambahkannya, luas kawasan Hutan di Provinsi maluku adalah 106.045 Ha sementara kawasan hutan yang termasuk dalam lahan tanah kritis berkisar 690,846 Ha.
Menurutnya lagi, kandungan mineral pada tanah tersebut secara tidak langsung menghambat pertumbuhan tanaman di atasnya, sehingga dengan upaya apapun kondisi hutan pada daerah tersebut akan tetap gersang, seperti halnya wilayah gunung botak di Kabupaten Buru, dimana kondisi kekeringan pada gunung tersebut disebabkan kandungan mineral yang tinggi dan telah terbukti dengan ditemukannya lahan tambang emas.
Ia mengharapkan, jika ada ditemukan kondisi hutan yang gersang sebaiknya di cek kondisi tanahnya jangan sampai mengandung mineral dan jika hal tersebut benar adanya, maka dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, namun jika stuktur tanahnya tidak mengandung mineral maka diharapkan dapat melaporkan ke pihak Dinas Kehutanan baik Kabupaten/Kota maupaun Provinsi, agar dapat dirawat kembali