ilustrasi pesta (foto: republika.co.id) |
Ambon, Tribun-Maluku.com
LAGI-lagi kejadian aneh yang di lakukan karena kearoganan penguasa kembali terjadi di Kabupaten Maluku Barat Daya (MTB).
Gara-gara tidak menghadiri pesta syukuran kemenangan Kades Tutukey di Kecamatan Leti, MBD, beberapa oknum guru terancam dimutasikan oleh Bupati Barnabas Orno yang juga turut hadir dalam pesta tersebut.
Semy Pera, salah satu tokoh masyarakat setempat via telepon selulernya Kamis 25 April mengatakan, dalam proses pemilihan kepala desa di Tutukey, nyata sekali bahwa Bupati Barnabas Orno ikut bermain dan memenangkan salah satu kandidat.
Padahal kandidat itu tidak disukai oleh masyarakatnya.
Keberpihakan bupati ini terus semakin kentara ketika acara pesta syukuran terpilihnya sang kades yang juga disponsori oleh Onro tidak dihadiri oleh PNS dan Guru di desa yang berdekatan dengan Serwaru yang adalah ibukota Kecamtan Leti itu.
”Memang ada kecurangan dalam pemilihan di mana orang luar yang datang paruh waktu di Leti untuk berjual diikutkan untuk memilih demi memenangkan pasangan yang dikehendaki bupati. Sudah begitu setelah terpilih, bupati mengancam para PNS dan guru yang tidak hadir di pesta syukuran. Mereka bakalan dimutasikan ke kecamatan lain” kata Pera.
Yang Tak Hadiri Pesta, Distrap Sampai Pingsan
Tidak cukup sampai di situ, lanjut Pera, ketika pesta usai, esoknya, semua PNS dan guru diharuskan untuk ikut apel di depan kantor kecamatan, mereka distrap berdiri sampai ada yang pingsan. Padahal ketidakhadiran mereka terutama para guru karena harus mempersiapkan diri untuk menghadapi UN tingkat SMP.
”Agustina Kari, salah satu guru akhirnya pingsan karena disuruh berdiri dari jam sembilan pagi hingga siang hari,” tutur Pera.
Ia mengakui kondisi di Tutukey dan Serwaru saat itu sementara tegang karena semua kantor pemerintahan di Kecamatan Leti disasi oleh pihak yang kalah. Muspika di wilayah itu diberikan kesempatan dua hari untuk menganulir hasil pemilihan.
Sudah begitu, Bupati MBD justru mengancam akan memindahkan ibu kota pemerintahan Kecamatan Leti ke Moa.
Menanggapi hal ini, Ruddy Dolhalewan, salah satu tokoh pemuda MBD Menyesalkan kearoganan kepala pemerintah daerah setempat.
”Selaku warga MBD, saya pertanyakan wibawa pemerintahan kabupaten yang terkesan semena-mena terhadap masyarakatnya termasuk kepada PNS dan guru. Masakan, hanya karena tidak menghadiri pesta pora, lantas mereka itu harus dimutasi. Mau jadi apa daerah ini,” kesalnya.
Ia berharap kejadian ini segera ditanggapi oleh pihak DPRD Kabupaten MBD.
Dia meminta janganlah PNS/Guru menjadi bulan-bulanan sang bupati, lantas DPRD-nya hanya berpraktek sebagai anak buah Pak Bupati.
Kalau memang ada diktum dalam aturan kepegawaian, tambahnya, yang menyatakan bahwa harus menghadiri acara pesta pora yang dihadiri oleh bupati , silahkan saja
mutasikan oknum-oknum PNS dan guru yang tidak hadir itu,” anjurnya.
Selain Dolhalewan, penyesalan sikap bupati ini juga datang dari sesepuh masyarakat MBD di Ambon, Elly Soplely.
Soplely bahkan memprediksi, Bupati MBD bakal menggunakan kesewenangannya untuk memaksakan kehendak politik bagi masyarakat MBD termasuk untuk memenangkan adiknya Frangkois Orno untuk pemilihan legislatif tahun 2014 mendatang.
”Saya mau menghimbau semua masyarakat MBD agar jangan lagi mau ditipu. Pilihlah orang-orang yang berkualitas dan bermoral baik agar bisa memperjuangkan kemajuan daerah. Kalau ada yang kasih duit, ambil saja tetapi jangan pilih orangnya,” imbuh Soplely. (TM02)