AMBON, Tribun-Maluku.com : Perayaan Hari Raya Waisak 2557 merupakan salah peringatan hari besar bagi umat Budha diseluruh dunia yang diperingati setiap tahun, Budha adalah Gelar bagi seseorang yang telah mencapai tingkat kesempurnaan bathin dan Waisak merupakan nama bulan dan diperingati karena ada peristiwa-peristiwa bersejarah terkait dengan hari lahirnya pangeran Sidarta Gautama pada 600 SM dan orang yang disebut Budha Gautama. Demikian penuturan Naryoto Pembimbing Masyarakat Budha dalam ceramahnya Sabtu (25/5) pada Perayaan Hari Raya Waisak 2557 di Pura Gunung Nona Ambon.
Sidarta tersebut, jelasnya, meninggalkan Istana menjadi seorang pertapa , yang pada saatnya mencapai penerangan sempurna atau disebut dengan mencapai tingkat kebudhaan. Ketiga peristiwa tersebut terjadi pada saat bulan Waisak maka disebutlah dengan nama perayaan Tri Suci Waisak.
Ia menambahkan, nilai-nilai pada perayaan Waisak itu banyak sekali, diantaranya ada tiga nilai yang terpenting diantaranya adalah nilai kemanusiaan.
Nilai kemanusiaan itu dapat dicontohi oleh Sang Budha dimana seorang manusia yang sangat sempurna dalam memberikan keteladanan manusia.
Sementara itu nilai yang kedua adalah nilai kesederhanaan, karena pertapa Gautama itu hidupnya sangat sederhana dalam kehidupan dan pakaian yang dikenakan hanya mengenakan jubah.
Dan nilai yang ketiga, tambah Naryoto, adalah pengorbanan , dimana sang budha Gautama dengan berjalan kaki dari kampung ke kampung mewartakan kebenaran dan ajaran budha.
Dirinya mengharapkan dengan perayaan Waisak tersebut umatnya untuk bisa berbuat baik karena itu merupakan makna daripada hidup beragama.
Jangan Abaikan Kebajikan
Sementara Itu Ketua Walubi Maluku Welhemus Jawerissa, usai melaksanakan Hari Waisak 2557 di Pura Gunung Nona Ambon mengatakan, manusia kadang-kadang tidak dapat menguasai diri, dan hanya berambisi untuk mengejar yang dicita-citakan, atau diharapkan hingga tidak dapat mengontrol, mengimbangi kondisi yang ada.
Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi bahwa sebagai manusia senantiasa berada ditataran yang harus dapat menguasai diri karena apapun yang ada bagian daripada pemberian yang maha kuasa, untuk mengolah, mengkaji dan melakukan dengan kemanusiaan, karena terlalu ego maka apapun cara selalu dipakai untuk menghalalkan hal tersebut tanpa disadari hilang kesadaran sehingga semuanya dihalalkan maka kemanusiaan itu diabaikan.
Dirinya mengharapkan, siapapun yang telah memperoleh hal-hal yang telah dicapai maka janganlah abaikan kebajikannya, untuk melihat manusia sebagai sarana yang perlu dibantu dan disosialisasi guna melakukan hal-hal yang baik. (TM-06)