I. Sangadji, SE. M.Si |
AMBON Tribun-Maluku.Com, Setiap anak bangsa hukumnya wajib untuk mengawal proses politik didaerah ini dan siapa pun yang terpilih diserahkan pada pilihan publik namun jangan sampai mencederai proses demokrasi ini dengan hal-hal yang tidak elegan.
Demikian penegasan Ketua Dewan Pembina Lembaga Study Ekonomi dan Kajian Informasi Strategis (LSEKIS) I. Sangadji, SE, M.Si kepada Tribun-Maluku.Com di Ambon (28/06).
Menurut Sangadji, Maluku membutuhkan seorang figur pemimpin yang bisa memahami aspek kewilayahan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang ekstra serta Maluku membutuhkan seorang pemimpin yang harus gila.
Gila dalam pengertian, kata Ketua Dewan Pembina LSEKIS ini harus ada lompatan-lompatan bahkan ada capaian-capaian dalam deret ukur agar bisa tercapai kalau tidak maka hanya jalan ditempat atau set back ke belakang.
Dikatakan, pemimpin yang gila harus ada kebijakan-kebijakan yang menarik simpati publik dan kontradiktif dengan hak publik dan paling tidak pemimpin harus mempunyai keberanian untuk membuat langkah-langkah strategis, guna mengangkat derajat daerah ini agar bisa sejajar dengan daerah lain di Indonesia.
Sangadji berharap agar proses demokrasi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang sedang berlangsung jangan sampai dinodai dengan kepentingan-kepentingan sesaat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk sekedar mencapai ambisi politik dengan menghalalkan segala cara.
Yang terpenting dari proses demokrasi ini kata Sangadji, kita jangan tergiring dengan simbol-simbol agama, ras, suku, kultur dan lain-lain, namun didalam membangun komunikasi politik kacamata kebangsaan harus dikedepankaan , jika tidak maka akan menjadi embrio terjadinya disintegrasi bangsa.
Menurutnya, Maluku kedepan jangan terperangkap dengan simbol-simbol namun kita harus melihat proses demokrasi secara utuh untuk mendidik kedewasaan kita dalam berpolitik.
Proses demokrasi politik membutuhkan sesuatu yang elegan karena sekaligus menjadi pendewasaan dalam berpolitik bagi masyaraakat di daerah ini.
Harapannya, jangan kita terprovokasi dengan isyu-isyu yang sengaja dilemparkan oleh sekelompok orang yang tidak ingin daerah ini aman, untuk itu kita harus menjauhkan diri dari isyu-isyu semacam itu bahkan kalau perlu kita melakukan pengawasan dan perlawanan terhadap isyu seperti itu.
Kita semua harus berbicara dalam kerangka Maluku karena tidak ada waktu lagi untuk melakukan pengelompokan-pengelompokan dan kita harus siap sebagai anak Maluku untuk maju dalam tantangan.(02TM)