foto : Antara |
Ambon, Tribun-Maluku.com : Sebanyak 24 anggota keluarga veteran tentara persemakmuran (Gull Force) asal Australia yang gugur pada Perang Dunia II menggelar upacara memperingati 68 tahun pembebasan keluarganya dari tahanan Jepang tahun 1945, di Ambon, Maluku, Selasa.
Upacara peringatan yang berlangsung sederhana di Taman Makam Persemakmuran kawasan Tantui, Ambon, dipimpin Presiden Organisasi Gull Force, Des O’Brien serta Sekretaris Sue Head.
Isak tangis anggota keluarga mengiringi upacara yang berlangsung sekitar 45 menit tersebut, saat lagu kebangsaan Australia “Advance Australian Fair” dilantunkan paduan “Amadeus Choir”.
Dua anggota keluarga veteran yakni Irene Schrien dan Sue Winnell dipercaya meletakkan karangan bunga pada tugu “Memorial Building Ambon”, sedangkan anggota keluarga lainnya meletakkan setangkai bunga pada nama anggota kluarganya yang terukir dengan huruf timbul di tugu tersebut.
“Memorial Building Ambon” dibangun untuk memperingati 289 tentara dan 171 penerbang kesatuan Australia yang gugur di Maluku, Sulawesi dan Kepulauan sekitarnya saat Perang Dunia (PD) II tahun 1941-1945, dan belum diketahui serta ditemukan jenazahnya hingga saat ini.
Nama-nama mereka terpampang pada sisi kiri-kanan dinding bangunan “Memorial Building Ambon” yang diukir dengan huruf timbul bertinta emas, lengkap dengan pangkat, tanggal lahir serta umur mereka saat gugur dalam PD II.
Isak tangis semakin tidak terbendung saat masing-masing keluarga melihat dan menyaksikan nisan keluarga mereka yang tertata apik dan terpelihara dengan baik di Taman persemakmuran seluas empat hektar tersebut.
Sedikitnya 694 orang tentara Australia dari total 1.131 orang tentara berasal dari Batalyon 2/21 Australia Gull Force, gugur saat berperang melawan tentara Jepang pada tahun 1941 di Ambon, dan dimakamkan di Taman Persemakmuran Tantui, sedangkan yang bisa selamat dan kembali ke negaranya sebanyak 232 orang.
Lokasi Taman Makam Persemakmuran Kapahaha “War Cemetery” di kawasan Tantui, pada saat Perang Dunia II, selain merupakan lokasi kam tahanan tentara negara-negara persemakmuran oleh tentara Jepang, sebelumnya juga menjadi markas Batalyon 2/21 Australia Gull Force.
Diatas lahan seluas empat hektar teronggok ribuan makam tentara sekutu dari 6 negara. Totalnya sebanyak 2.137 makam, terdiri dari 1.092 tentara Australia, termasuk 694 anggota pasukan elit batalion 21 divisi II ‘Gull Force’, atau pasukan Infantri Australia (AIF), 810 tentara Inggris, 186 Belanda, 30 India, dua Kanada, Selandia baru dan Afrika Selatan masing-masing satu dan 15 orang dari beberapa negara sekutu lainnya.
Batu-batu nisan berukuran sebesar laptop dengan tinggi hanya beberapa sentimeter di atas tanah seolah tak terlihat diatas hamparan rumput hijau yang dipangkas rapih. Namun ketika melangkahkan kaki ke bagian tengah barulah batu-batu nisan itu tampak bertebaran dimana-mana.
Selain Taman Persemakmuran, puluhan keluarga veteran perang asal Australia juga menggelar upacara sederhana pada monumen “Kudamati Memorial” yang lebih dikenal warga Kota Ambon dengan sebutan “Tugu Dooland”.
Dua anggota kelaurga yakni Eric Stagg dan Ron Kay dipercayakan meletakkan karangan bunga pada monumen tersebut, sedangkan dua anggota keluarga lainnya yakni Marianne Mitchell dan Christine Steritt meletakkan karangan bunga pada “honour wall” (tembok kehormatan).
Pada monumen ini juga keluarga veteran mengibarkan bendera negaranya dan Merah-Putih secara bersamaan. Monumen tersebut merupakan basis pertahanan terakhir pasukan Australia saat bertempur melawan Pepang dalam PD II.
Upacara peringatan sederhana dan singkat tersebut turut menarik perhatian warga Ambon yang sedang beraktivitas dan melewati kawasan tersebut (ant/tm)