Oleh : DR. Drs. Stanlay Surila S. Psi, M.Psi
Direktur Kaizinov Institute Indonesia
Kata Pengantar
Ketika saya memutuskan untuk memenuhi permintaan pak Rektor IAKO Intim, dr Samuel david Nuniary M. Min, yang telah berketetatpan hati untuk memasuki sebuah perubahan besar tentang pentingnya transformasi, reaktualisasi atau neorientasi arah dan strategi pengabdiannya melalui perguruan tinggi yang dipimpinnya selama berpuluh-puluh tahun, saya bertanya dalam hati, apa mimpi baru saudaraku ini dengan gagasan baru yang ingin diwujudkan kedepan?
Sambil merenung, saya mencoba menelepon dan mencoba mengarifi gagasan besar yang ada di belakang kepala beliau. Telepon saya dijawab dengan sejumlah argumentasi yang reasonable : intinya, beaiau ingin menjawab sebuah peasa besar yang ditinggalkan oleh Alberth Einstein sang fisikawan terkenal di depan para mahasiswanya: “ JANGAN KAU LUPAKAN NASIB MANUSIA DAN KEMANUSIAAN DITENGAH-TENGAH SETUMPUKAN PERSAMAAN DAN DIAGRAM:.
Setelah selesai mengeksplorasi detail gagasan beliau, saya berkesimpulam : bung Semy sudah tau” dimana beliau berdiri sekarang, dan kemana harus beliau melangkah untuk mencapai tujuan”. Lagi-lagi, saya berkesimpulan gagasan beliau sudah berada diatas “ TRANCK” yang benar ! Go,go,go !!
Dengan mengutip ucapan Oliver Wendel :
YANG HEBAT DU DUNIA INI BUKANNYA DIMANA ENGKAU BERADA MELAINKAN …..: KEMANA ENGKAU MENUJU !! SEBAB, SEKALIPUN ENGKAU SUDAH BERADA DIJALUR YANG BENAR, ENGKAU PASTI TERGILAS KALAU ENGKAU DUDUK SAJA DISANA !!
Hahaha! Bung Semy benar-benar seorang “play Mover” seorang reformis sejati, seorangpembaharu yang jarang saya temukan di banyak tempat dan banyak negeri yang oernah saya kunjungi. Tinggal saja, bagaimana staf beliau menterjemahkan pemikiran besar beliau ke dalam implementasi nyata.
Dari detail argumentasi beliau, saya berpendapat, bahwa upaya untuk melakukan perubahan di tubuh IAKO Intim merupakan sebuah ke niscayaan, sekaligus sebagai sebuah keharusan dan kebutuhan yang URGEN!!
B. BEBERAPA KEGALAUAN SAYA
1. Keberpihakan
Sejauh yang saya ketahui dari sejarah perjuangan dan pengabdian lembaga ini, keberpihakan pemerintah (Pusat dan Daerah) terhadap IAKO Intim sangat rendah,bahkan mungkin tidak ada. Tanpa riset ilmiah, bahkan dengan kasat mata sekalipun, tak tampak kepribadian itu. Bangunan yang kita gunakan sekarang adalah milik gereja yang sehari-harinya digunakan untuk aktifitas keagamaan. Padahal, di lembaga inilah, pak semy dan kawan-kawan, dengan dedikasi dan niat luhur mereka, telah menyentuh, merangkul, dan memanusiakan saudara-saudara kita yang telah terlupakan, terlantar,terbuang atau terpinggirkan di tengah-tengah hiruk-pikuk pembangunan semesta berencana yang digulirkan oleh pemerintah dari rezimke rezim yag lain sampai saat ini. The big question for that : dimana keberpihakan pemerintah ? kemana saja pemerintah tatkala semua cara dan daya, keringat dan airmata telah jatuh bercucuran di tempat ini untuk memikul beban yang maha berat ini? Jika untuk lembaga pendidikan yang dikelola oleh pemerintah, dimanjakan dengan supporting dana yang besar, lalu untuk lembaga pendidikan yang dikelola oleh pemerintah, dimanjakan dengan supporting dana yang besar, lalu untuk lembaga pendidikian Swasta seperti IAKO Intim harus dibiarkan “hidup segan mati tak mau”, padahal pasal 31 ayat 1,3,4 dan 5 UUD 1945 jelas-jelas mengatur dan menjamin keberpihakan itu !. Rendahnya derajat keberpihakan pemerintah terhadap kaum yang terpinggirkan telah mengakibatkan kesenjangan yang sangat besar atau Perguruan Tinggi di kota Ambon. Pertanyaan saya dan semua orang yang masih memiliki akal sehat tentang kesenjangan (terutama dari aspek tangible) yang sangat mencolok itu adalah apakah anak-anak yang kuliah di IAKO INTIM itu bukan anak negeri ini sehingga mereka bias diabaikan begitu saja? Bukankah perilaku diskriminatif seperti ini, pada suatu saat dapat saja menjadi benih-nbenih perpecahan diantara sesame anak negeri ini?
2. KEMAUAN UNTUK BERBAGI
Kegalauan saya yang kedua adalah : rendahnya kemauan untuk berbagi dengan sesama padahal semangat untuk berbagi menjadi naluri alamiah manusia bahkan seluruh mahkluk hidup ciptaan Tuhan. Rendahnya daya kohesif dan daya afiliatif antar pemerintah pusat dan daerah dengan IAKO INTIM lebih memperburuk situasi ini. Saya berpendapat bahwa jika ada semangat kasih untuk saling menghidupkan , tembok penghalang daya kohesif dan daya afiliatif ini dapat sedikit diperkecil bahkan mungkin dihilangkan!
3. PERBEDAAN DAYA TAFSIR
Perbedaan daya tarif masing-masing pihak terhadap berbagai jiwa dan semangat bahkan setiap produk hukum pendidikan telah pula menjadi polemik berkepanjangan sampai saat ini. Kegalauan saya untuk hal ini adalah tidak adanya mediator yang mempertemukan minimal memperkecil perbedaan daya tafsir yang semakin memperparah situasi : di satu sisi IAKO INTIM ingin melakukan akselerasi. Disisi lain pihak pemerintah dan Perguruan Tinggi lain di kota Ambon seakan-akan ingin main kuasa.
4. EGO SEKTORAL DAN TIRANI MAYORITAS DAN MINORITAS
Diakui atau tidak, saya berani berpendapat bahwa ego sektoral dan tirani mayoritas dan minoritas telah pula menjadi virus yang mematikan semangat untuk mau membangun bersama. Sampai pada tingkat ini, saya melihat bahwa kita belum sepenuhnya memaknai diversity dan similarity yang telah tumbuh subur di alam reformasi ini, bahkan sesuatu yang given dari maha pencipta.
C REALITAS KE KINIAN
Di tengah-tengah kegalauan seperti yang telah saya paparkan diatas tadi, saya tertarik untuk memotret ebuah realitas kekinian yang dialami IAKO INTIM ambon dalam beberapa tahun terakhir ini adalah tingginya kebutuhan dan minat mahasiswa pindahan dari Perguruan Tinggi lain (terutama dari perguruan tinggi non kristiani) untuk belajar dan menyelesaikan Study .
Dengan sigap, pihak manajemen IAKO INTIM Ambon telah me mbuka diri, membuka hati, dan membuka pintu lebar-lebar untuk membantu setiap pelamar dengan seribu satu macam latar belakang mereka masing-masing, sekaligus memberikan solusi akademik berdasarkan garis kebijakan dan kewenangan yang tidak bertabrakan dengan Undang-Undang.
Dari sekian banyak mahasisiwa yang telah merasa terbantu dan di-“orangkan”. Banyak diantara mereka yng sudah diangkat menjadi PNS dan memiliki mereka yang sudah diangkat menjadi PNS dan memiliki posisi penting diberbagai instansi. Realitas kekinian ini menimbulkan pro-kontra dimasyarakat terutama bagi mereka yang menginginkan IAKO INTIM Ambon mati suri. Saran saya, IAKO Intim Ambon jalan terus!. Biar anjing menggonggong kafilah berlalu ! sepanjang essensi dan eksistensi IAKO INTIM dibutuhkan masyarakat, “jalan saja bung. Tuhan Yesus selalu menyertai mereka yang lemah dan tertindas!
Realitas kekinian ini telah pula meneguhkan hati saya, bahwa : kehadiran Perguruan Tinggi Agama dan Keagamaan di kota Ambon-Propinsi Naluku benar-benar Urgen, penting, mendesak dan mutlak diperlukan.
D. KEBESARAN JIWA
Untuk tantangan dan kebutuhan serta percepatan pembangunan pendidikan agama Provinsi Maluku diperlukan kebesaran jiwa semua pihak, untuk berani menembus ruang dan waktu, membuka hati pikiran dan telinga untuk memaknai realitas kekinian diatas berbagai realitas lain yang tak sempat diungkapkan disini.
E. MODERNISASI DAN WESTERNISASI
S erbuan arus globalisasi telah menelan banyak korban, terutama bagi mereka yang tidak siap. Globalisasi, dalam wujudnya yang sebenarnya, telah memberikan kemudahan dan kemasalahatan bagi umat Manusia. Tetapi sesuai sifat hakekaktnya berbagai “virus” yang mematikan antara lain ; westernisasi (pola dan gaya hidup barat-baratan) konsumerisme, hedonisme dan individualisme yang telah menjauhkan manusia dari sang khaliknya harus dihindari. Agama dan keagamaan untuk memberi jawaban atas masalah-masalah social yang semakin phenomenal akhir-akhir ini . Modernisasi dan globalisasi tidak bias kita hindari. Yang harus kita hindari adalah westernisasi.
F. PENTINGNYA DUDUK BERSAMA
Berbagai kesenjangan yang ada hanya dapat diatasi dengan kemauan untuk berkomunikasi dan duduk bersama dalam prinsip kesetaraan duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, saling menghargai dan saling menerima. Menurut pengamatan saya IAKO INTIM Ambon telah banyak membuka ruang komunikasi dengan berbagai pihak tetapi misalnya belum optimal. Mungkin hanya waktu yang akan menjawan semua ini. Yang penting IAKO INTIM Ambon terus membangun komunikasi, dan tetap memberikan diri kepada otoritas Allah Bapa di Surga untuk bertindak menurut cara-Nya yang ajaib.
G. PENUTUP
Sebuah Perguruan Tinggi bukanlah mmenara gading, yang tidak diarasakan kehadirannya oleh masyarakat. Ia hadir sebagai agen pembaharuan, suluh dalam kehidupan dan teman berbagi dalam suka maupun duka.
Bagi sebuah Perguruan tinggi agama Kristen di Maluku, IAKO INTIM tetap hadir saat dibutuhkan. Ia Telah menoreh tinta emas dalam peradaban orang Maluku (diakui ataupun tidak) sebagai bentuk self actualization dari penggagasnya ini sebuah hak asasi yang dijamin Undang-Undang. Adanya kerinduan untuk memperlebar sayap pengabdian dari sekedar melayani komunitasnya menjadi pelayan dan saluran berkat bagi seluruh umat manusia harus dipandang sebagai uapay positif untuk merespons kebutuhan masyarakat untuk mengenyam pendidikan sesuai kebutuhannya, sebagai manusia beradab.
Ia eksist dan akan tetap eksist. Tatkala semua orang mencibir bibir dan merendahkannya, Allah Bapa di surga datang menggendong dan mengatakan : inilah anak yang Ku Kasihi kepadaNYA aku berkenan.
Jika Allah telah bertindak, siapa yang dapat melawannya?. Kepada seluruh Civitas Akademika Iako INTIM ambon tetaplah rendah hati dan mengandalkan Tuhan. Rangkul dan tegakanlah kepala orang-orang yang direndahkan dan berilah akses seluas-luasnya bagi siapa saja yang mau belajar. Teruslah mengesah gergaji dan pisau analisis para pengajar agar mereka dapat mendiffusi dan mendiseminasikan ilmu pengetahuan mereka kepada mahasiswa.
Akhirnya terima kasih dan penghargaan yang tulus saya persembahkan kepada Bapak rector yang telah menfasilitasi kehadiran saya sebagai dosen terbang ke IAKO INTIM ambon, sebuah perlakuan istimewa yang hanya saya peroleh di IAKO INTIM. Semoga Tuhan yesus memberkati kita asekalian. Amin !
Bandung 21 September 2013
Stanley Surlia.