MASOHI Tribun-Maluku.Com- Masyarakat Negeri Kamarian Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) merasa kecewa terhadap kondisi alam, terutama derasnya ombak yang menerjang ditepian pantai bagian timur di mana hampir saja tiga rumah milik masyarakat setempat terbawa arus karena terjangan ombak.
Talud penahan ombak yang baru selesai dikerjakan dengan anggaran yang cukup besar pada tahun 2012 lalu oleh Balai Sungai Wilayah Maluku, namun belum sampai dua tahun sudah ambruk.
Di duga saat pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut diperkirakan tidak sesuai dengan petunjuk teknis (Juknis), sehingga talud tersebut patah dan roboh/ambruk diterjang ombak.
Kepada Tribun-Maluku.Com, di Negeri Kamarian Senin 24 Pebruari 2014 Max Pentury mengatakan, kontraktor yang mengerjakan talud pengaman pantai yang nilainya mencapai milyaran rupiah ini tidak pernah memasang papan paket proyek, dan bahkan kami masyarakat sendiri tidak mengetahui berapa besar anggaran maupun paket proyek ini bersumber dari APBD ataukah APBN.
Kami sendiri menduga bahwa proses pekerjaannya tidak sesuai dengan Juknis dikarenakan setelah selesai dikerjakan tahun 2012 lalu, namun selang beberapa bulan tiba saatnya goncangan ombak yang kuat pada tahun 2013 lalu akhirnya talud tersebut mulai rusak berantakan sedikit demi sedikit sampai saat ini,”jelas Pentury.
Dirinya sangat kecewa dengan pola dan kinerja kontraktor pelaksana yang hanya ingin meraup keuntungan yang besar tanpa memikirkan keselamatan masyarakat disekitar pantai tersebut.
“Kami khawatir kalau cuaca ekstrim kembali terjadi maka pastinya beberapa rumah warga disekitar pantai bisa terancam dan hanyut oleh terjangan ombak.
Untuk itu Pentury sangat mengharapkan agar pihak Balai Wilayah Sungai Maluku (BWS) dapat menindak lanjuti permasalahan ini sebelum terjadinya bencana yang menimpa masyarakat di Negeri Kamarian yang tidak diinginkan bersama.(TM08)