Ambon, Tribun-Maluku.com : Pemerintah Kabupaten Buru Selatan, Maluku, mengecek dampak gempa 5,7 skala richter yang mengguncang daerah itu pada Jumat (2/5), sekitar pukul 17.43 WIT.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Kifly Wakanno di Ambon, Sabtu (3/5), mengatakan berdasarkan koordinasi dengan BPBD Buru Selatan disampaikan bahwa Wakil Bupati Buru Selatan Butje Saleky sedang meninjau pulau Ambalau untuk mengecek dampak gempa tersebut.
Butje berkunjung ke Pulau Ambalau bersama sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) teknis karena dilaporkan terjadi kerusakan di sana.
“Saya intensif berkoordinasi dengan BPBD Buru Selatan untuk mengecek perkembangan laporan dari hasil peninjauan ke Pulau Ambalau,” ujarnya.
Gempa tektonik itu terasa di Kota Ambon, Namlea, ibu kota Kabupaten Buru dan Namrolle, ibu kota Kabupaten Buru Selatan II – III MMI (getaran terasa setempat).
Pusat gempa di di 3.72 lintang selatan dan 127.48 bujur timur dengan kedalaman 10 KM di bawah laut dan tidak berpotensi gelombang pasang (tsunami).
Lokasinya di 88 Km Timur Laut Kota Namrolle, 66 KM Tenggara Namlea dan 75,4 KM Barat Kota Ambon.
Guncangan gempa yang terjadi saat PNS di jajaran pemerintahan di Kota Ambon siap- siap pulang kantor itu mengakibatkan mereka berlarian keluar gedung.
Para wartawan yang sedang bekerja di ruangan pers kantor Gubernur Maluku juga berlarian keluar gedung tanpa membawa apapun.
“Terpenting pikir selamat. Peralatan tertinggal bukan masalah karena bila gedung roboh, pastinya keselamatan terancam, “ujar reporter radio DMS Ambon Vanno Lilinger.
Salah seorang warga desa Amahusu, kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, James Soplanit juga menyatakan panik saat merasakan guncangan gempa yang kuat tersebut.
“Saya khawatir karena guncangannya terasa kuat sekali dan tolong dicek kemungkinan tsunami atau tidak karena sebagian besar warga desa Amahusu berada di pesisir pantai,” katanya.
Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah rawan gempa dan tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng besar, yakni Pasifik, Indo Australia, dan Eurasia.
Lempeng Indo Australia yang masuk ke bawah lempeng Eurasia bertemu dengan Lempeng Pasifik, sehingga mengakibatkan patahan yang tidak beraturan. (ant/tm)