“Membangun Laut, Membangun Manusia” Kutipan dari judul buku Dr. Suseno Sukoyono memang tepat dengan kondisi kekinian Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Selain arah dan kebijakan serta sarana prasarana Perikanan, maka Sumbar Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkualitas adalah kunci keberhasilan utama pembangunan Kelautan dan Perikanan Indonesia. SDM harus disiapkan dengan baik melalui jenjang Pendidikan yang ditempuh generasi muda bangsa saat ini.
Budaya Maritim itu harus dibangun dalam kurikulum pendidikan Nasional dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi, sehingga budaya tersebut akan melekat erat dan menjadi jati diri anak bangsa.
Seperti halnya di Provinsi Maluku. Provinsi di bagian Timur Indonesia ini juga dijuluki “seribu pulau” karena geografis wilayah yang terdiri dari 1.340 Pulau dan sebagian besar wilayahnya 92,4 persen lautan dan 7,6 persen daratan.
Ini menandakan bahwa peluang untuk mengembangkan sektor Kelautan dan Perikanan sangatlah besar, karena Maluku menyumbang 1.729.100 juta ton/tahun atau sekitar 26,52 persen dari total produksi Nasional sebesar 6,26 persen dan berada pada 3 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yakni Laut Banda, Laut Seram dan Laut Arafura.
Artinya, sumberdaya perikanan yang berlimpahruah tersebut harus dikelola dengan baik sehingga terciptanya lapangan pekerjaan di sektor perikanan sehingga dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat Maluku yang notabene hidup pada wilayah pesisir dan berprofesi sebagai nelayan.
Jumlah penduduk Maluku sebanyak 1,8 juta jiwa, ternyata hanya 9 persen atau 162.000 orang yang berprofesi sebagai nelayan tangkap dan pembudidaya ikan skala kecil, sehingga hasil tangkapan mereka belum sebanding dengan tingkat konsumsi ikan masyarakat di provinsi ini.
Rata-rata alat tangkap Nelayan di Maluku adalah kapal pole and line , mini purse seine, pancing tonda, bagan tangkap dan perahu tanpa motor. Yang rata-rata GT kapalnya di range 5-30 GT dan 31-50 GT. Kapal penangkap ikan yang masih tradisional menyebabkan jarak Fishing groundnya pun terbatas.
Tingkat konsumsi ikan masyarakat di Maluku cukup tinggi oleh karena itu, Sistim logistik ikan harus diatur dengan baik agar pada musim-musim tertentu jangan sampai ada wilayah yang kekurangan stok ikan dan harganya melambung tinggi. Kondisi tersebut pastinya berbanding terbalik dengan semangat untuk menjadikan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN).
Potensi Kelautan dan Perikanan yang sangat besar ini, harus didukung dengan kemampuan SDM yang berdaya saing. Melalui Perguruan Tinggi di Maluku yang memiliki Fakultas Kelautan dan Perikanan seperti Universitas Pattimura, Universitas Darussalam, Sekolah Tinggi Perikanan Banda Naira, Universitas Iqra Buru, Politeknik Perikanan Tual dll, Sekolah Menengah Atas yakni SMK/SUPM kiranya dapat menghasilkan lulusan perikanan yang mampu mandiri memanfaatkan potensi perikanan yang ada.
Antara lulusan umum dan pendidikan Vokasi dengan kemampuan teknis dan ketrampilan di bidang usaha perikanan harus saling bersinergi. Selain kemampuan manajerial, kemampuan teknis lapangan, juga sangat diperlukan dan para lulusan perikanan ini kiranya mampu bekerja dan memaksimalkan potensi Sumberdaya Perikanan yang ada.
Kondisi problematika pembangunan Kelautan dan Perikanan saat ini harus ditindaklanjuti secara bijak oleh Pemerintah Pusat maupun daerah, agar para lulusan perikanan dengan kemampuan dan skill yang dimiliki dapat bekerja di semua lini usaha perikanan baik dari hulu sampai ke hilir, bukannya harus mengais rejeki di Negara orang menjadi kuli di kapal perikanan, pabrik-pabrik pengolahan ikan.
Oleh karena itu tingkat pendapatan dan kesejahteraan hidup yang bekerja di sektor kelautan dan perikanan, harus serius diperhatikan oleh Pemerintah. Karena Kejayaan Bangsa Maritim akan terlihat ketika Nelayan dan Pelautnya Maju dan sejahtera.(Oleh: Amrullah Usemahu,S.Pi;
Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia/ISPIKANI)