Ibu Retty Assagaff (tengah) Membuka Seminar IKWI |
AMBON Tribun-Maluku.com- Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) bisa turut mengambil bagian dalam melihat masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak di daerah ini, dapat menyembuhkan luka bathin yang terjadi pada korban kekerasan, dapat mensosialisasikan hal tersebut dalam masyarakat, serta bekerjasama dengan stakeholder lainnya, khususnya Kementerian Perempuan dan Anak.
Penegasan ini disampaikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku Ibu Retty Assagaff saat membuka dengan resmi seminar IKWI, bertempat di lantai 7 Kantor Gubernur Maluku, Selasa (7/2/2017).
Dalam sambutannya Retty Assagaff mengatakan, seminar IKWI merupakan rangkaian kegiatan menjelang puncak Hari Pers Nasional (HPN) tanggal 9 Februari 2017 di Ambon Maluku.
Menurutnya, IKWI dalam keadaan sehat walafiat dan ini sangatlah tepat dan sejalan dengan kenyataan saat ini, dimana perempuan dan anak adalah warga bangsa yang paling rentan kekerasan fisik dan phsikis, padahal perempuan adalah penjamin eksitensi manusia di bumi dan anak adalah masa depan peradaban.
Selain itu pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat menurunkan harga diri, kepercayaan dan kepribadian, serta menjadi pengalaman traumatis.
Peserta Seminar IKWI |
Sudah banyak kelompok masyarakat, LSM dan organisasi Pemerintah, yang telah berupaya mengidentivikasi, melakukan sosialisasi dan mencegah kekerasan serta mencobah menyembuhkan korban.
Upaya mereka luar biasa dan mulia sehingga sungguh sangat melegahkan hati namun, upaya ini belum berhasil menurunkan kekerasan terhadap perempuan dan anak di daerah ini.
Dikatakan, kekerasan terhadap perempuan dan anak setiap tahun meningkat secara signifikan. Tahun 2016 lalu setiap harinya terjadi 15 kasus kekerasan terhadap anak dan ada 5000 kasus.
“Ironisnya, kekerasan yang dilakukan terhadap anak adalah dari orang tua sendiri dan sangat mengagetkan 90 persen terjadi di keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat,”tuturnya.
Selain itu Komnas HAM Perempuan mencatat kekerasan yang terjadi juga di lingkungan personal dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) meningkat 81 persen.(TM)