Menyambut dan memperingati hari laut sedunia (World Oceans Day) tahun 2020, sudah semestinya pembangunan Maluku saat ini dan masa yang akan datang difokuskan pada pengembangan sumberdaya perikanan laut menuju industrialisasi produk perikanan laut.
Tentunya hasil produk olahan yang memiliki nilai kesehatan dan keamanan pangan laut serta mempertahankan kualitas kesehatan perairan laut sebagai implementasi konsep pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan di Maluku dilaksanakan dengan tujuan mengurangi angka kemiskinan dan menurunkan angka pengangguran angkatan kerja melalui penciptaan lapangan kerja baru dengan memanfaatkan dan mengembangkan potensi bahari Maluku, dan mengembangkan partisipasi peran perempuan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.
Pembangunan berkelanjutan Maluku dilaksanakan dengan menyeimbangkan ekosistem ekonomi, sosial- budaya dan ekologis-lingkungan perairan laut.
Provinsi Maluku terkenal sebagai daerah kepulauan dengan luas wilayah 712.480 km², terdiri dari 92,4 % luas perairan (658.295 km²) dan 7,6% luas daratan (54.185 km²) sehingga memiliki garis pantai yang panjang dan daerah pesisir laut yang besar.
Maluku memiliki perairan laut yang subur dimana setiap musim timur mengalami pengangkatan masa air laut dari bagian dalam terdorong oleh arus ke bagian permukaan dan berlangsung secara periodik yang dikenal sebagai upwelling.
Massa air tersebut membawa nutrient yang melimpah diantaranya fosfat dan nitrat yang sangat dibutuhkan oleh fitoplankton. Luas wilayah perairan laut yang sangat besar, menjadikan Maluku memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang sangat besar baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya untuk dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Maluku.
Salah satu sumber daya perikanan yang dapat dikembangkan yakni budidaya dan industri pengolahan rumput laut.
Maluku memiliki kelimpahan akan sumber daya rumput laut dan beberapa jenis rumput laut yang bernilai ekonomis antara lain Eucheuma cottonii, Eucheuma edule, G. Coronopifolia, Gracilaria sp. dan Gelidium sp. Rumput laut Eucheuma cottonii atau Kappaphycus alvarezii termasuk kelompok rumput laut alga merah ( Rhodophyceae).
Eucheuma cottonii sebagai salah satu komoditas budidaya perikanan ekonomis penting. Permintaan Eucheuma cottonii di pasaran semakin meningkat dari tahun ke tahun baik di pasaran dalam negeri maupun di pasaran luar negeri.
Daerah produksi rumput laut Eucheuma cottonii di Maluku diantaranya Seram Barat, Seram Timur, Kepulauan Aru, dan Maluku Tenggara. Total potensi lahan budidaya rumput laut yang telah teridentifikasi mencapai 19.509,29 hektar.
Namun lahan yang baru termanfaatkan adalah untuk perairan Seram Barat sebesar 929,9 hektar, perairan Seram Timur sebesar 1241,20 hektar, perairan Buru sebesar 453,24 hektare, perairan Ambon sebesar 117,48 hektare, perairan Maluku Tengah sebesar 9228 hektare, perairan Maluku Tenggara 216,60 hektare, perairan Maluku Tenggara Barat sebesar 5202,64 hektare dan perairan Kepulauan Aru sebesar 1587 hektare.
Potensi lahan yang tersedia untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii masih sangat besar. Bila seluruh lahan termanfaatkan maka akan menaikkan jumlah produksi rumput laut Eucheuma cottonii di Maluku.
Rumput laut Eucheuma cottonii akan menjadi penting sebagai perikanan budidaya unggulan di Maluku karena mengandung karaginan sebagai bahan baku pembuatan agar-agar untuk industri pangan.
Selain itu rumput laut Eucheuma cottonii mengandung senyawa metabolit sekunder antara lain alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin dan saponin sebagai senyawa penting dalam industri farmasi dan obat-obatan.
Rumput laut ini juga dapat dipakai untuk biostabilizer dalam budidaya udang sebagai pengendali hama dan penyakit udang. Di Indonesia sendiri penggunaan rumput laut bisa didapati pada produk makanan seperti puding, jelly, permen, saus, olahan daging seperti sosis, nugget, makanan kaleng hingga produk perawatan tubuh dan kesehatan seperti odol, masker, cangkang kapsul, dan lainnya.
Melihat potensi dari rumput laut yang banyak digunakan dalam bidang industri farmasi dan pangan. Maka sudah sewajarnya pemerintah daerah Maluku melakukan upaya pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dan diversifikasi produk olahan melalui industrialisasi rumput laut Eucheuma cottonii.
Hal ini dapat dibuat dalam road map budidaya dan industri rumput laut Eucheuma cottonii dengan membuat kluster pengembangan rumput laut Eucheuma cottonii di Maluku.
Budidaya rumput laut Eucheuma cottonii sangat mudah dilakukan oleh masyarakat pesisir dengan waktu panen yang pendek sekitar 45-60 hari serta bibit yang mudah diperoleh. Telah dikembangkan berbagai teknik budidaya rumput laut Eucheuma cottonii yang dapat diadopsi sesuai dengan karakteristik wilayah pesisir dan kebutuhan dari masyarakat pesisir di Maluku.
Peran pemerintah adalah memberikan dukungan modal usaha dan membangun industri pengolahan rumput laut baik dalam bentuk bahan setengah jadi maupun bahan jadi sebagai pasokan untuk industri farmasi dan pangan yang berada di luar wilayah Maluku.
Selama ini panen rumput laut di Maluku hanya dijual dalam bentuk rumput laut kering dengan harga berkisar harga Rp. 10.000 s/d Rp. 18.000 per kg. Namun bila rumput laut Eucheuma cottonii diolah dalam bentuk bahan setengah jadi ataupun bahan jadi maka nilai ekonomis makin tinggi, sehingga ikut menaikkan pendapatan dari masyarakat pembudidaya rumput laut.
Produk hasil olahan yang dapat dibuat oleh masyarakat pembudidaya rumput laut Eucheuma cottonii di Maluku adalah mengolah rumput laut kering menjadi potongan- potongan kecil dengan ukuran tertentu (chips) ataupun rumput laut kering diolah menjadi bubuk (powder). Chips ataupun bubuk rumput laut dari rumput laut kering memiliki harga jual yang lebih tinggi dan mahal dibandingkan dengan rumput laut kering.
Untuk membuat chips ataupun bubuk rumput laut dibutuhkan ketersediaan industri pengolahan. Industri atau pabrik pengolahan rumput laut Eucheuma cottonii kering diharapkan dibangun oleh pemerintah daerah Maluku disetiap kluster budidaya rumput laut Eucheuma cottonii.
Semoga potensi dan peluang budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dapat dikembangkan dalam suatu road map budidaya dan industri pengolahan rumput laut Eucheuma cottonii di Maluku.
*** Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Biologi, Prodi Bioteknologi. Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
NIM : 31170107