Namlea, Tribun Maluku.com
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Namlea dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Namlea, menuding 25 wakil rakyat di DPRD Buru munafik. Para wakil rakyat itu dituding lebih mementingkan kepentingan proyek dan perut dari para kepentingan rakyat.Hal itu diungkap karena kesal kepada 25 anggota DPRD yang tidak ada satupun dalam gedung rakyat saat aksi demonstrasi berlangsung. Alhasil, tuduhan negatif pun diteriakan pendemo dan didengar oleh para staf yang ada di kantor mewah itu, Senin siang (01/02/2021).
Para aktivis itu kesal, karena tidak ada satupun wakil rakyat yang datang menemui mereka. Akibatnya, ada beberapa pendemo yang masuk ke dalam gedung dan keluar dari sana membawa sound sistem milik kantor tersebut. Aksi mereka tidak hanya sampai disitu saja. Beberapa orang lagi turut meluapkan emosi dan amarah mereka dengan membanting dan merusak tong air cuci tangan di depan pintu masuk.
Semua aksi itu hanya ditonton personil kepolisian dari Polres Pulau Buru.Tanpa ada yang melarang aksi berbau anarkis tersebut. Saat masa pendemo berpindah ke kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) di sana mereka juga melakukan aksi coret dinding kantor dengan kayu bekas di bakar. Bahkan salah satu mahasiswa sempat memecahkan kaca dengan leluasa tanpa ditegur aparat yang mengawal jalannya demo tersebut.
Di Kantor Dinas PMD ini mereka juga tidak dapat menemui Kadis Yamin Maskat SE, karena pejabat bersangkutan tidak masuk kantor dan sedang bepergian ke Kecamatan Waplau. Para pendemo melakukan orasi silih berganti di Gedung DPRD dan Kantor Dinas PMD, mereka mengecam Yamin Maskat yang selalu menghindar menemui mereka. Pasalnya, menurut salah satu orator HMI Imran Barges, aksi mereka ini sudah 13 kali namun tidak pernah mendapat jawaban terkait demo yang dimaksud yakni menyoal pemilihan kades difinitif.