* Oleh Agnes Batmomolin
Rasa bahagia biasanya merupakan perasaan yang paling dominan yang dialami pasangan suami istri ketika si istri hamil. Rasa bahagia itu juga biasanya menjadi bagian keluarga besar suami maupun istri.
Apalagi bila kehamilan itu sudah dinanti-nantikan. Masa kehamilan merupakan masa istimewa dan spesial bagi suami dan istri, juga keluarga. Disebut istimewa dan spesial karena rejeki keturunan yang diawali dengan kehamilan tidak diberikan kepada semua pasangan suami istri melainkan hanya pasangan suami istri tertentu.
Ungkapan kebahagiaan suami istri dan keluarga atau orang-orang terdekat dalam menyambut kehamilan dan kelahiran tidak jarang diekspresikan dengan aneka perayaan. Bila pihak yang berbahagia atas kehamilan tersebut adalah public figure atau tokoh masyarakat, maka ekspresi rasa bahagia mereka atas kehamilan sering diungkapkan sebagai sebuah euphoria.
Aneka perayaan atau euforia terhadap sebuah kehamilan dapat berubah menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan bahkan kadang-kadang berubah menjadi sebuah kewaspadaan manakala kehamilan tersebut ternyata memiliki risiko tinggi yang membahayakan ibu maupun janin yang di kandungnya.
Salah satu risiko tinggi dalam kehamilan yang berbahaya yang dapat mengancam keselamatan ibu maupun janin dalam kandungannya adalah preeklampsia.
Preeklampsia biasanya ditandai dengan ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi pada saat usia kehamilan lebih dari 5 bulan atau usia kehamilan di atas 20 minggu, yang sebelumnya tekanan darah ibu hamil tersebut normal. Atau dengan kata lain ibu hamil yang tekanan darahnya normal, pada umur kehamilan sesudah 5 bulan atau lebih dari 20 minggu mengalami tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi dalam kehamilan yang dikenal dengan preeklampsia ini dapat menyebabkan gangguan pada hampir semua organ dan sistem tubuh ibu hamil tersebut. Penyebab pasti dari preeklampsia sampai saat ini belum diketahui. Satu-satunya penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah preeklampsia ini adalah melahirkan.
Gangguan pada semua organ dan tubuh akibat tekanan darah tinggi dalam kehamilan ini diduga dimulai dari proses menyatunya pembuluh darah ibu dengan pembuluh darah janin membentuk sebuah pembuluh darah baru yang memungkinkan aliran darah dari ibu ke janin selama masa kehamilan.
Pada proses kehamilan yang normal, pembuluh darah ibu dan pembuluh darah janin akan menyatu, selanjutnya menghasilkan pembuluh darah baru dengan diameter relatif lebih besar dan cenderung elastis, sehingga memungkinkan plasenta dapat mengalirkan darah yang berisi nutrisi dan oksigen ke janin sehingga janin dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal dalam kandungan. Kondisi tersebut tidak terjadi pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia.
Ibu hamil yang mengalami preeklamsia, mengalami suatu keadaan yang unik dan berbahaya. Proses penyatuan pembuluh darah ibu dan pembuluh darah janin mengalami keadaan yang berbeda dengan kehamilan normal.
Penyatuan pembuluh darah ibu dan pembuluh darah janin menghasilkan pembuluh darah baru dengan diameter yang relatif lebih sempit dan cenderung kaku. Pembuluh darah yang cenderung kaku dan relatif sempit ini memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi ibu hamil maupun janin yang dikandungnya.
Akibatnya pada janin antara lain, karena ukuran pembuluh darah yang relative lebih kecil dan kaku maka fungsi vital plasenta antara lain sebagai penyalur nutrisi dan oksigen kepada janin tidak dapat berlangsung dengan baik bahkan terhambat. Konsekuensi lanjut dari aliran darah dari plasenta ke janin yang terhambat ini adalah janin mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan tidak dapat mencapai tingkat optimal melainkan pertumbuhannya terhambat bahkan keadaan kekurangan oksigen pada janin dapat berakibat fatal.
Selain akibatnya pada janin, pembuluh darah baru yang kurang elastis dan cenderung kaku pada ibu hamil yang mengalami preeklamspsia mengakibatkan jantung dan pembuluh darah ibu hamil tersebut harus bekerja lebih keras untuk menyalurkan darah yang berisi nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuhnya, selain juga bekerja menyalurkan darah kepada janin yang dikandungnya. Keadaan ini dapat menganggu hampir semua sistem organ tubuh ibu hamil tersebut.
Tekanan darah tinggi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia biasanya diikuti dengan kerusakan organ tubuh lainnya, antara lain kerusakan ginjal yang mengakibatkan protein dapat melewati saringan ginjal dan ditemukan dalam air kencing pada pemeriksaan air kencing ibu hamil. Pada keadaan fungsi ginjal normal, protein tidak ditemukan dalam air kencing.
Selain ginjal, organ tubuh yang juga mengalami gangguan akibat tekanan darah tinggi selama kehamilan ini adalah jantung yang dapat mengalami kepayahan karena harus bekerja lebih keras memenuhi kebutuhan ibu hamil dan kebutuhan janin dalam kandungan. Organ tubuh lain juga akan mengalami gangguan akibat kekurangan oksigen akibat tekanan darah tinggi.
Pada kasus tertentu, preeklampsia juga ditemukan pada masa sesudah melahirkan bahkan ibu yang pernah pengalami preeklampsia kemungkinan dapat mengalami gangguan pada jantung dan pembuluh darah di kemudian hari pada saat tidak hamil.
Kaitannya dengan bahaya akibat tekanan darah tinggi karena preeklampsia dan dampaknya pada keselamatan ibu dan janin, maka masa kehamilan selain dirayakan dengan penuh sukacita, perlu pula diperhatikan, dan diwaspadai.
Pemeriksaan kehamilan segera setelah seorang perempuan mengetahui dirinya hamil perlu dilakukan di Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan Praktik, Perawat Ibu dan Anak Praktik atau Dokter Praktik guna memeriksa tekanan darah secara teratur dan memantau kehamilan serta deteksi dini terhadap kemungkinan adanya gangguan atau kelainan dalam kehamilan sangat perlu dilakukan oleh ibu hamil.
Suami, orangtua, keluarga dan orang-orang terdekat ibu hamil seyogyanya mendukung atau memfasilitasi agar pemeriksaan kehamilan guna memantau kondisi kesehatan ibu dan janin tetap terpantau dengan baik, sehingga masa kehamilan dan persalinan tetap menjadi masa penuh bahagia.
* Penulis adalah Dosen Poltekkes Maluku