Ambon, Tribun-Maluku.com : Bakteri koliform di empat kawasan di Teluk Ambon terdeteksi melebihi ambang batas baku mutu air laut yang ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup.
Dalam Peraturan Menteri LH No. 51 Tahun 2004 mengenai Baku Mutu Air Laut untuk Perairan Pelabuhan, Wisata Bahari dan Biota Laut, yakni 1.000 sel per 100 ml air laut, kata peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam (PPLD) LIPI, Yosmina di Ambon, Rabu (29/4).
Dia mengatakan, dalam pemantauan kualitas perairan Teluk Ambon dari segi kepadatan bakteri indikator (total koliform) pada Februari 2015, ada empat dari 10 kawasan yang diamati terindikasi memiliki kepadatan bakteri indikator (koliform total) melebihi ambang batas baku mutu air laut.
Empat kawasan tersebut, meliputi pasar ikan Arumbai, Mardika dengan kepadatan sebesar 1.400 sel per 100 ml air laut, pertengahan Teluk Ambon bagian luar sebanyak 1.700 sel per 100 ml air laut, Desa Waiheru, Kecamatan Baguala sebesar 1.400 sel per 100 ml air laut, dan pertengahan Teluk Ambon bagian dalam sebesar 1.100 sel per 100 ml air.
Ia mengatakan, hasil analisa Most Probable Number (MPN) menunjukkan bahwa bakteri dari kelompok koliform yang terdeteksi pada semua stasiun pengamatan memiliki kepadatan yang bervariasi, berkisar antara 1 – 1.700 sel, baik di permukaan air setinggi 0 – 1 meter maupun di dasar perairan.
“Kepadatan rata-rata bakteri koliform di perairan Teluk Ambon secara keseluruhan adalah 782 sel per 100 meter air laut di permukaan, dan 220 sel per 100 meter air laut di dasar,” katanya.
Lebih lanjut ahli bakteriologi itu mengatakan, khusus untuk pasar ikan Arumbai, jika dibandingkan dengan hasil pemantauan pada 2011 dan 2014, jumlah bakteri koliform total terendah terpantau pada tahun ini.
“Pengamatan pada tahun ini dilakukan pada musim barat sehingga kuat dugaan bahwa hal ini mungkin disebabkan karena pada periode tersebut curah hujan tidak setinggi pada musim timur,” katanya.
Dia menjelaskan, kelompok bakteri koliform digunakan sebagai indikator bakteriologis kualitas perairan laut karena memiliki kepadatan yang tinggi, bukan saja pada saluran pencernaan manusia dan mamalia berdarah panas lainnya, tapi juga pada sampah buangan rumah tangga.
Keberadaannya di perairan pesisir mengindikasikan menurunnya kualitas perairan secara bakteriologis akibat aktivitas manusia, seperti buangan sampah, dan tinja manusia dan hewan, juga indikasi awal bertambahnya bakteri patogen, seperti Salmonella dan Shigella pada perairan.
Bakteri dari kelompok koliform, kata Yosmina, merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang, dan dalam siklus hidupnya tidak melalui pembentukan spora sebagai strategi bertahan hidup pada lingkungan yang tidak kondusif.
Kepadatannya di dalam kolom air pada perairan pesisir akan menjadi meningkat atau berkurang sebagai fungsi dari kondisi perairan di sekelilingnya.
“Hasil pemantauan ini merupakan informasi awal, sehingga diperlukan kajian lanjutan yang lebih mendalam guna memperoleh gambaran menyeluruh. Namun demikian, diharapkan informasi ini berguna untuk memberikan kesadaran kepada semua pemangku kepentingan agar tetap menjaga kebersihan perairan Teluk Ambon,” katanya. (ant/tm)