Ambon, Tribun-Maluku.com : Mereka lahir dan merintis karier musik di Indonesia, pada awal kemerdekaan. Situasi politik orde lama memaksa mereka meninggalkan tanah air tahun 1957. Setelah tenar di panggung dunia, barulah publik Indonesia membanggakan The Tielman Brothers.
Banyak orang menyangka kakak-beradik ini keturunan Maluku. Padahal, tidak begitu. Reginald, Phonton, Andy, dan Loulou berdarah Timor. Mereka punya adik perempuan yang sering tampil bersama yakni Loraine Jane.
Pada mulanya, di Surabaya, mereka membentuk kelompok musik bernama The Timor Rhythm Brothers (1947–1957). Ketika sampai di Belanda, mereka memakai nama The Four Tielman Brothers atau The 4 T’s (1957–1960). Barulah tahun 1960, mereka mamakai nama tetap The Tielman Brothers (1960–1990).
Dalam perjalanan karier, The Tielman Brothers pernah berkolaborasi dengan musisi berdarah Maluku. Bahkan, pernah ada tiga nama Maluku di dalam komposisi band, pada periode waktu yang berbeda.
Tahun 1964 Ponthon mengundurkan diri. The Tielman Brother merekrut Rob Latupeirissa mengganti Ponthon bemain bass guitar dan 6 string bass.
Sejak tahun 1964 sampai 1979, Rob Latupeirissa tetap menjadi personil The Tielman Brothers. Tahun 1975, The Tielman Brothers melibatkan Frans Sahupala sebagai pemain organ. Jadi pada periode ini, terdapat dua musisi berdarah Maluku sekaligus dalam komposisi pemain musik.
Tahun 1979, Rob Latupeirissa dan Frans Sahupala mengundurkan diri. Barulah pada tahun 1990, tinggal tiga kakak beradik Reggy, Andy, dan Loulou, ditambah Max Tahalele (bass guitar).
Mungkin lantaran tiga nama Maluku inilah, orang kemudian secara gampang mengklaim atau salah kaprah bahwa Tielman bersaudara bersebagai orang Maluku, atau band asal Maluku.
“Andy orang Timor lahir di Makassar! Bapanya KNIL militair. Datang ke Holland. The Tielman Brothers asalnya dari Timor,” kata Johnny Manuhutu yang dihubungi belum lama ini.
Tokoh-tokoh media di Belanda seperti jurnalis Victor Joseph di Rotterdam dan Anis de Fretes di Amsterdam, mendukung pernyataan Johnny. Keduanya memastikan bahwa The Tielman Brothers bukan keturunan Maluku.
“Mereka orang Timor, bukan Maluku. Kita jangan sombong salah, nanti bikin malu,” kata Anis de Fretes yang dihubungi di Amsterdam.
Anis mengutip pepatah Belanda, Pronken met andermans veren, yang bermakna, bergaya dengan bulu/ayam jantan milik orang. Meskipun belakangan ada personil berdarah Maluku, tetapi Anis tegaskan, Tielman bersaudara adalah orang Timor.
Daftar silsilah keluarga Tielman ketika diperiksa, tidak menemukan hubungan asal-usul dengan Maluku pada daftar keluarga.
The Tielman Brothers lahir dari ayah Herman Tielman, yaitu putra bungsu pasangan Willem Adrian Tielman dan Louise Wakkary. Herman lahir di Manado, 2 September 1904, dan meninggal di Gravenhage, Belanda 14 Mei 1979.
Herman menikah dengan Nora Tielman namun tidak punya keturunan. Dia kemudian menikah lagi dengan Flora Laurine Hess yang menurunkan empat anak lelaki dan seorang perempuan.
Flora lahir di Madiun 24 April 1901, dan meninggal di Purworejo, 24 Januari 1991. Sebelum menikah dengan Herman Dirk, lebih dulu Flora menikah dengan Louis Napoleon Uchtmann.
Ayah Flora bernama Leopold August Hess dan ibunya Laurina Elants. Leopold lahir di Surabaya, 29 Maret 1858 dan meninggal sekitar 1942 di Ngawi.
Leopold lebih dulu menikah dengan Toontje Portier kelahiran Surabaya; lantas dengan Laurina Elants, dan satu lagi perempuan bukan dari kalangan Eropa.
Laurine Elants lahir di Surabaya, 3 Februari 1872, dan meninggal di Madiun pada 17 April 1905 dalam usia 33 tahun. Ayahnya Johannes Elants diperkirakan lahir 1817. Sang ayah menikah dua kali, yakni dengan Francina Kroese dan Anna Johanna Diederiks.
Akrab Dengan Maluku
Anak-anak Herman yakni Reginald, Ponthon, Loulou, dan Jane lahir di Surabaya. Hanya Andy lahir di Makassar. Semua personil menjadi vokalis merangkap musisi. Andy bermain gitar, Reginald pegang rhytm gitar, Phonton di double bass, sedangkan Loulou tabuh drum.
Penampilan mereka memang fenomenal di Eropa. Media di Belanda kemudian menamai genre aneh pada zaman itu sebagai indo rock. Istilah ini sejatinya sebagai bentuk sinis dan merendahkan. The Tielman Brothers tidak peduli, mereka terus berkreasi.
Para personil The Tielman Brothers punya hubungan baik dengan musisi-musisi Maluku. Baik semasa di Indonesia maupun di Belanda. Di Surabaya, The Tielman Brothers sudah akrab dengan musisi tenar George de Fretes.
Setelah di Belanda, salah satu kerja sama legendaris adalah dengan George de Fretes tahun 1966. Mereka tur bersama di Belanda, Swedia, dan Swiss.
Pada kanal youtube yang disiarkan Indorock, bisa dilihat selain lagu, terdapat dokumentasi foto keakraban George de Fretes dengan The Tielman Brothers. Sebuah tulisan tangan George juga didokumentasikan.
“Keona Tatua, the Pollynesian says. Farewell dear friend, we´ll meet another day. Aloha ma an iha, maka all I have to say is, sampai berjumpa pula,” demikian tulisan George de Fretes.
Selain membawakan lagu-lagu berbahasa Inggris, The Tielman Brothers juga sering membawakan lagu-lagu Indonesia, termasuk lagu Maluku seperti Ole Sio, Ayo Mama, Sarinande, dan sebagainya.
Johnny Manuhutu, pentolan Kelompok Massada di Belanda, seperti dilansir dari Media Online Maluku Post mengaku Massada punya hubungan baik dengan The Tielman Brothers . Misalnya, tampil konser bersama dengan Andy Tielman, dan sama-sama memproduksi pertunjukan musik di Belanda bersama Loulou. Pertunjukan TV itu diberi nama ‘Goud van Oud’.
Dari seluruh anggota The Tielman Brothers, publik Indonesia paling akrab dengan Andy. Andy pernah tampil di Jakarta tahun 2008, dalam konser maupun dialog di TV.
Kini semua personil sudah tiada. Si bungsu Jane paling awal meninggal dunia tahun 1993, dalam usia 55 tahun. Personil terakhir yang berpulang adalah si sulung Reggy, tahun 2014 dalam usia 80 tahun.
Meskipun sudah tiada dan bukan Maluku, namun kolaborasi dengan musisi Maluku telah mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia. (Maluku Post/indorock).