Mansyur Boinauw |
Rencana pembangunan Bandar Udara (Bandara) di kecamatan Pulau Gorom kabupaten Seram Bagin Timur (SBT) ramai diperdebatkan oleh sejumlah kalangan dalam beberapa pekan terakhir, menyusul kunjungan Gubernur Maluku Ir. Said Assagaff ke kota Bula beberapa waktu lalu.
Lazimnya sebuah janji, rencana pembangunan Bandara itu memang perlu dipertanyakan. Sebab, masyarakat mungkin belum mengetahui lebih jelas keseriusan pemerintah membangun Bandara tersebut karena minimnya informasi yang diterima. Sehingga, pemerintah perlu lebih terbuka kepada masyarakat tentang langkah-langkah yang telah dilakukan untuk merealisasikan rencana itu.
Terlepas dari makna sebuah janji, apakah rencana pembangunan Bandara itu merupakan langkah penting dan urgen dalam mengatasi masalah pembangunan di Pulau Gorom dan sekitarnya. Ini tentu membutuhkan kajian yang komprehensif dan mendalam.
Sudah menjadi konsensus bahwa salah satu tujuan penting dari pembangunan adalah; untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga program pembangunan tentu harus dibuat dan ditetapkan berdasarkan kondisi masyarakat setempat.
Di saat yang sama, kita tentu tidak dapat menolak apa yang disebut skala prioritas dalam pembangunan. Dari sekian program yang ditetapkan, harus ada yang ditempatkan pada urutan prioritas sebagai solusi cepat dan tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kembali pada rencana pembangunan Bandara di Pulau Gorom. Idealnya, rencana tersebut patut didukung karena merupakan salah satu upaya untuk membuka akses transportasi serta memperpendek rentang kendali.
Tapi, tentu kita berharap keberadaan Bandara itu nanti tidak untuk kepentingan transportasi semata. Pembangunan Bandara harus menjadi salah satu program yang efektif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah itu.
Artinya, selain untuk membuka isolasi, pembangunan Bandara itu juga dapat menjadi skenario untuk mempercepat laju roda perekonomian di wilayah itu, merangsang pengusaha kecil dan menengah untuk berkembang, sehingga kesejahteraan masyarakat berpeluang meningkat.
Dalam perspektif tersebut maka rencana pembangunan Bandara tersebut mestinya disambut pemerintah dan masyarakat kabupaten Seram Bagian Timur, dengan melakukan berbagai persiapan di wilayah itu guna dapat memanfaatkan keberadaan Bandara setelah selesai dibangun.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan telah menetapkan bahwa pengembangan Bandara baru diprioritaskan di daerah rawan bencana dengan tujuan untuk (Pertama), Penanganan bencana, sehingga Bandara dapat didarati pesawat Hercules C-130 dan pesawat berpenumpang 50 orang dalam rangka evakuasi dan distribusi bantuan.
Kedua, pengembangan bandara baru juga diprioritaskan di daerah perbatasan negara untuk mendukung keamanan wilayah. Bandara dibangun didaerah ini untuk mampu melayani pesawat berpenumpang 50 orang dengan pesawat Hercules C-130.
Ketiga, pengembangan bandara untuk membuka isolasi daerah. Bandara yang dikembangkan di daerah terisolasi untuk dapat melayani penerbangan perintis dengan pesawat berpenumpang 25 orang dengan klasifikasi landasan 2C.
Dan keempat, pengembangan bandara dipriotaskan di daerah tujuan wisata sebagai pintu gerbang dan hubungan pariwisata nasional.(Sumber: www.dephub.go.id).
Khusus Pulau Gorom, kreteria yang lebih tepat adalah potensi wisata. Sehingga, menyambut rencana pembangunan Bandara tersebut, pemerintah daerah perlu melakukan persiapan dengan menata berbagai potensi wisata di wilayah itu.
Terdapat sejumlah tempat di Pulau Gorom yang layak dikembangkan sebagai destinasi wisata, diantaranya wisata bawah laut di perairan pulau Koon yang saat ini ditata oleh WWF Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah negeri Kataloka. Di sana juga ada danau Sole di pulau Manawoku yang mempesona serta sejumlah tempat lain yang layak dikembangkan. Semua ini butuh keseriusan pemerintah daerah untuk menata dan mengembangkannya sejak dini.
Pengembangkan potensi wisata jangan berkutat pada promosi. Sebab, kurang efektif. Butuh juga keseriusan pemerintah daerah menyediakan infrastruktur pendukung serta sumber daya manusia yang memadai. Bila perlu menggandeng investor untuk mengelolahnya.
Bahwa memang, event balap Sepeda Internasional, Tour de Molvccas yang rencananya digelar bulan September nanti merupakan salah satu momentum untuk mempromosikan potensi wisata di daerah ini. Tapi, sekali lagi promosi tanpa semangat yang tinggi untuk menyediakan infrastruktur serta sumber daya manusia yang memadai, maka sangat mungkin potensi wisata kurang diminati wisatawan dari luar dari daerah atau luar negeri.
Berikutnya, komoditas unggulan di wilayah ini juga patut diperhatikan lebih serius dengan lebih memberdayakan petani, nelayan serta pelaku usaha kecil dan menengah di sana.
Pemerintah jangan hanya memberikan bantuan sarana pertanian dan nelayan. Perlu ada program penguatan kapasitas petani dan nelayan. Mereka perlu dilatih untuk mengolah hasil pertanian dan hasil tangkapan menjadi produk yang khas dan layak bersaing di pasaran serta menarik minat konsumen, terutama mereka yang datang berwisata di wilayah ini.
Persiapan lainnya adalah infrastruktur jalan dan jembatan. Jalan lingkar Gorom dan jalan lingkar Manawoku yang rencananya dilanjutkan pada tahun 2017 ini mesti dituntaskan agar mempermudah orang berakses di wilayah ini.
Masalah keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) juga tidak kalah penting sebagai upaya menarik wisatawan datang ke wilayah ini. Kamtibmas perlu terus diperbaiki.
Karena itu, silang pendapat masyarakat tentang pemerintahan desa yang kerap mengusik Kamtibmas perlu segera disikapi oleh stakeholders, terutama pembuat kebijakan.
Sebab, walaupun potensi wisata telah ditata dan dipromosikan secara baik, namun bila kondisi sosial masyarakat tidak mendukng maka wisatawan dari luar daerah atau luar negeri ragu untuk berkunjung ke daerah ini. Harus ada kepastian bahwa wilayah ini aman dan nyaman dikunjungi oleh pencinta wisata.
Sebagai sarana transportasi, Bandara tersebut diharapkan akan menjadi pendorong tumbuhnya investasi di wilayah ini terutama investasi di sekor Kelautan dan Perikanan serta Sektor Pertanian dan Pariwisata. Berbagai potensi tersebut tentu akan dilirik pemilik modal bila pemerintah dapat mempromosikan secara intensif.
Karena itu, sangat tepat penjejakan kerja sama yang telah dilakukan pemerintah kabupaten Seram Bagian Timur dengan investor asal Dubai, Emirat Arab yang ingin berinvestasi di sektor Pertanian, khsusunya Pala dan Cengkeh. Kerja sama ini juga sekaligus menjadi jawaban terhadap keluhan petani Pala dan Cengkeh akibat ketidakstabilan harga dua komoditas tersebut.
Berbagai langkah persiapan tersebut harus juga diiringi dengan pembenahaan birokrasi pemerintah di daerah, agar lebih efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada investor yang ingin berekspansi ke daerah ini.
Kesimpulannya adalah penting atau tidaknya pembangunan Bandara di Pulau Gorom, itu sangat tergantung dari persiapan pemerintah daerah kabupaten Seram Bagian Timur dan masyarakat di daerah ini dalam memanfaatkan Bandara itu nanti.
Bila tidak ada langkah–langkah persiapan maka Bandara itu sebagai sarana transportasi semata, sekadar sebagai pelengkap modal transportasi yang telah tersedia saat ini tanpa memberikan dampak ekonomi yang lebih luas.(Oleh : Mansyur Boinauw; Pemerhati Masalah Sosial)