Kairatu,Tribun-Maluku.Com : Di temui di posko induk Pengungsi Jemaat Kairatu, rabu(16/10/2019) ketua Majelis Jemaat Kairatu Pdt Izack Huwae katakan, kami yang mengungsi di Dusun waisari Negeri Kairatu ini ada 308 kk/1374 jiwa , hampir tidak pernah dapat bantuan, kami selalu di lupakan.
kami tidak ingin disini tapi gempa bumi 6,8 skala richter yang terjadi pada (26/09/2019) dan juga gempa bumi 5,2 skala richter yang terjadi pada (10/10/2019) membuat masyarakat enggan kembali ke rumah karena kwatir terjadi tsunami.
Kami disini merasakan langsung dampaknya, Karena pusat gempa ada di Kairatu.
Saat itu masyarakat lari mencari tempat ketinggian karena takut terjadinya tsunami.
Peristiwa yg terjadi di Palu maupun Donggala membuat mereka ketakutan, jangan sampai terjadi pada mereka juga.
Dia juga katakan, ada bantu dari Pemda SBB tanggal (29/09/2019) berupa beras 2 kg dan sarimi 2 bungkus tiap kk.
Ada juga bantuan dari Stikes, lapas dan warga Kairatu yang ada di luar.
Bantuan yang terkumpul juga tidak cukup, sehingga dari posko jemaat harus mencari uang tambahan untuk membeli kebutuhan yang masih kurang.
Kita punya Pejabat Negeri Kairatu juga tidak adil dalam hal membagi bantuan.
Di waisari ada 308 kk, tenda yg kita dapat ada 9 dengan ukuran 6×8 m yang 1 lagi ukuran 3×4 m
“Tapi di tempat lain seperti di km 5 desa Uraur kecamatan kairatu tempat masyarakat Kairatu mengungsi ada 65 kk mereka mendapat 10 tenda ukuran 6×8 m. lalu kita yang pengungsi banyak ini cuma 10 buah saja, inikan tidak adil, ” tutur Pendeta Izack Huwae.
Di tempat yang sama, salah satu tokoh pemuda Kairatu Fredy Ruspanah menyampaikan masalah yang sama juga, di km.5 itu per kk mendapat beras 5 kg, tarpal 10 buah ukuran 6×8 m, ini tidak adil dalam pemberian bantuan. Kita disini 308 kk, di km 5 desa uraur yang 65 kk dapat sama dengan Dusun waisari ,kesalnya.
Fredy juga mengharapkan agar Pemerintah tolong bantu dengan membangun WC umum bagi mereka , selagi masih di tempat pengungsian juga frofil tank untuk penampungan air.
“Sekarang ini masyarakat masih ragu pulang ke rumah mereka, takut jangan jangan terjadi gempa lagi sehingga berpotensi Tsunami, ” ujarnya.
masyarakat biasanya di waktu siang ada sebagian pulang ke rumah, sesudah malam balik lagi ke tempat pengungsian. Ucapnya.
Lewat telepon seluler rabu (16/10/2018)Pejabat Negeri Kairatu Yondri Kapitan membantah berita itu. Dikatakan Kapitan, dirinya telah membagi bantuan di semua tempat dan titik titik di mana masyarakat Kairatu yang lagi mengungsi, seperti di Kecamatan Inamosol di Daerah Pegunungan .
Dia mengakui kalau untuk terpal memang kurang.
Pengungsi negeri Kairatu seluruhnya berjumlah 2400 kk /10 ribu jiwa lebih, jadi di bagi setiap dusun terpal 10 Buah.ujar Kapitan.