“Persediaan pangan dan kebutuhan lainnya di BPBD sudah habis sehingga kami koordinasikan masalah ini dengan Dinsos Maluku dan Dinsos kabupaten/kota untuk membantu warga yang masih mengungsi,” kata Kepala BPBD Maluku, Farida Salampessy di Ambon, Selasa (4/2).
Apalagi bencana tersebut sudah berulang kali terjadi sejak awal Januari 2014, sehingga BPBD agak terkendala untuk menyalurkan bantuan ke pengungsi, dan kondisi ini diperparah lagi dengan cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang tinggi.
Sehingga upaya menyalurkan bantuan dan melakukan pendataan jumlah rumah warga yang rusak jadi terhambat.
Angin kencang disertai gelombang tinggi telah merusak dan merendam ratusan rumah warga di Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual sehingga mengakibatkan lebih dari 1.000 orang hidup dalam pengungsian.
Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual, kata Farida, memang menjadi tanggung jawab BPBD setempat namun BPBD provinsi juga terus melakukan koordinasi.
“Sejak kemarin sampai hari ini, mereka tidak memberikan laporan langsung, tapi setelah dikomunikasi ternyata sementara dilakukan pendataan korban oleh BPBD Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara,” katanya.
Jadi untuk sementara, sampai sekarang belum ada konfirmasi tentang korban yang diduga hilang karena sedang melaut saat terjadi serangan badai maupun kerusakan rumah warga dengan total kerugian materialnya.
Meski data korban bencana yang sementara diinventarisir ini belum lengkap tapi kita sudah minta BPBD Malra dan Kota Tual menyiapkannya karena tanggal 14 Pebruari itu akan ada rakor Badan Penanggulangan Bencana tingkat nasional sehingga dimasukan sebagai perencanaan tahun anggaran 2015,” kata Farida. (ant/tm)