Stevanus Tiwery, SH. S.Pd |
AMBON Tribun-Maluku.com- Etnografi wilayah Maluku yang cenderung dipengaruhi sebagai wilayah kepulauan dengan luas lautan 90 persen dan daratan 7,5 persen yang menempatkan pulau-pulau sebagai faktor integrasi budaya masyarakat Maluku.
Maluku sebagai daerah kepulauan memiliki karakteristik yang berbeda menunjuk pada ragam keunikan budaya masyarakat Maluku sebagai penanda sub etnis pada wilayah kultur masing-masing.
Potret budaya Maluku menunjuk pada kesamaan budaya, asal-usul, kedekatan pulau, hubungan geonologis teritori, rangkaian peristiwa sejarah dan budaya mengikat kultur masyarakat sebagai penanda sub etnis di wilayah daerah Maluku.
Demikian sambutan/laporan Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Ambon, Stevanus Tiwery, SH. S.Pd pada acara Sarasehan Budaya Daerah Maluku tahun 2016 bertempat di hotel Amans Ambon Rabu (24/2).
Filsafat masyarakat Maluku sebagai identitas hidup seperti Kalwedo di Kabupaten MBD, Kidabela di MTB, Ain ni Ain di Maluku Tenggara, Sitakaka Walike di Kepualaun Aru, Kay Way di Buru dan Patasiwa-Patalima di Maluku Tengah, prinsipnya memberikan peluang besar bagi pemerintah dalam memanfaatkan keunggulan masyarakat bagi pembangunan Maluku secara berkelanjutan.
Sarasehan ini bertujuan untuk: Memberikan kesempatan kepada pendukung kebudayaan untuk memperkaya konsep budaya di Maluku, Kesamaan budaya sebagai perekat, Meningkatkan kesadaran generasi muda dalam memanfaatkan kebudayaan lokal, Mendorong Pemda Maluku untuk menyamakan persepsi pemanfaatan budaya lokal sebagai acuan pengembangan kebijakan berbasis kebudayaan.
Sarasehan yang bertema: Pembangunan Nasional Berbasis Budaya Lokal diikuti 150 orang peserta baik dari Provinsi Maluku maupun Maluku Utara, terdiri dari masyarakat, raja-raja, tokoh budaya lokal, pemerhati budaya lokal, Dinas P dan K Provinsi dan Kabupaten/Kota, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan Sarasehan dilaksanakan tanggl 24-26 Februari 2016.(TM02)