Dobo, Tribun-Maluku.com: Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Aru menggandeng Pemerintah Desa (Pemdes) Durjela Kecamatan Pulau-Pulau Aru menggelar Sosialisasi dan Pembinaan Sektoral Desa Cinta Statistik (Desa Cantik) 2024 dengan tema “Baku Kele, Kalesang Desa, Pake Data”.
Kegiatan yang berlangsung, Senin (09/09) di balai desa Durjela tersebut dibuka oleh Wakil Bupati Kepulauan Aru, Muin Sogalrey.
Dalam sambutannya, Sogalrey menyampaikan, Program Desa Cantik adalah salah satu inisiatif yang dirancang dengan tujuan untuk memperkuat kapasitas desa-desa di Indonesia termasuk di Kabupaten Kepulauan Aru dalam pengelolaan data statistik.
“Data merupakan elemen fundamental dalam pengambilan keputusan yang tepat dan perencanaan pembangunan yang efektif. Tanpa data yang valid, pembangunan yang dilakukan tidak akan terarah dengan baik, sehingga hasil yang dicapai pun tidak maksimal,” ucapnya.
Dikatakan, Kabupaten Kepulauan Aru merupakan wilayah kepulauan yang memiliki keunikan tersendiri. Terdiri dari ratusan pulau besar dan kecil, kondisi geografis yang menantang sering kali menjadi salah satu kendala dalam upaya pembangunan, baik dari segi infrastruktur, pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi.
Namun, lanjut Sogalrey kita semua percaya bahwa di balik tantangan-tantangan tersebut, Kepulauan Aru memiliki potensi besar yang bisa dioptimalkan, khususnya dalam sektor perikanan, pertanian dan berbagai kekayaan alam lainnya.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mendorong pembangunan di Kepulauan Aru. Namun, kita semua menyadari bahwa ketersediaan dan kualitas data yang baik menjadi salah satu kunci utama untuk mencapai pembangunan yang lebih tepat sasaran,” ujar Sogalrey.
Oleh karena itu, program Desa Cantik ini hadir untuk membekali desa-desa kita dengan kemampuan untuk mengumpulkan, mengolah serta memanfaatkan data secara efektif.
Program ini juga, kata Sogalrey merupakan bagian dari pembinaan statistik sektoral, yang berfokus pada penguatan tata kelola data di tingkat desa. “Mengingat pentingnya statistik dalam setiap sektor pembangunan, dari kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi, peran desa dalam menyediakan data yang akurat menjadi sangat krusial,” katanya.
Selain itu, dengan adanya program Desa Cantik, diharapkan setiap desa mampu menghasilkan data yang berkualitas, sehingga dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan di Kepulauan Aru.
“Dalam pembinaan ini, kita juga akan memperkenalkan kembali dan mensosialisasikan aplikasi “Baku Kele”, sebuah inovasi yang sudah dibuat oleh BPS Kepulauan Aru dan telah diluncurkan oleh Bupati Kepulauan Aru pada tahun lalu. Aplikasi ini merupakan wujud komitmen pemerintah daerah dalam memberikan kemudahan bagi desa-desa dalam mengelola data statistik,” jelasnya.
Ditambahkan pula, Aplikasi “Baku Kele Kalesang Desa Pake Data” dirancang untuk mempermudah proses pengumpulan, penyajian, hingga pemanfaatan data di tingkat desa, sehingga proses pengambilan keputusan di tingkat lokal dapat berjalan lebih efisien dan akurat.
Dirinya juga mengakui, kondisi Kepulauan Aru saat ini dengan segala potensinya masih membutuhkan perhatian serius dalam hal pengelolaan data yang terintegrasi. Banyak desa yang masih menghadapi tantangan dalam hal pengumpulan data yang valid, terutama karena kendala geografis, aksesibilitas, serta keterbatasan sumber daya manusia.
Oleh karena itu, kegiatan pembinaan seperti ini sangat penting untuk membekali desa-desa kita dengan kemampuan dan pengetahuan yang lebih baik tentang bagaimana cara mendapatkan, mengolah, dan memanfaatkan data secara optimal.
Dengan adanya aplikasi “Baku Kele Kalesang Desa Pake Data”, harapannya proses ini bisa menjadi lebih mudah dan terstruktur. Desa-desa di Kepulauan Aru tidak lagi mengalami kesulitan dalam menyajikan data yang akurat, karena semuanya sudah dapat dilakukan secara digital dan terintegrasi melalui aplikasi ini.
Kedepan, ia berharap aplikasi “Baku Kele Kalesang Desa Pake Data” bisa menjadi alat utama dalam pengelolaan data desa di seluruh Kabupaten Kepulauan Aru.
“Tentu saja, keberhasilan pembinaan Desa Cantik ini tidak hanya bergantung pada teknologi semata, tetapi juga pada komitmen dan partisipasi aktif dari seluruh pihak, mulai dari pemerintah desa, perangkat desa, hingga masyarakat,” pintahnya.
“Kita semua memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa data yang dihasilkan benar-benar mencerminkan kondisi nyata di lapangan, sehingga pembangunan yang dilakukan dapat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat,” sambung Sogalrey.
Wabup dua periode ini sangat berharap melalui kegiatan pembinaan ini, para peserta dapat memahami pentingnya data dalam perencanaan dan pembangunan.
“Kami juga berharap agar desa-desa yang ikut serta dalam program ini dapat menjadi pionir dalam pengelolaan data yang baik, serta menjadi contoh bagi desa-desa lainnya di Kabupaten Kepulauan Aru. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk memajukan Kabupaten Kepulauan Aru melalui pengelolaan data yang baik dan berkualitas, demi terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh masyarakat desa,” pungkas Sogalrey.
Sementara itu, Kepala BPS Kepulauan Aru, George R Loupatty, SST menuturkan, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa desa sebagai subjek dan ujung tombak pembangunan Indonesia.
“Artinya mewujudkan Indonesia yang satu, kita juga harus bekerjasama membangun Indonesia secara adil dan merata, membangun Indonesia-Sentris dengan membangun dari pinggiran, dari desa, dari pulau terdepan hingga perbatasan,” tuturnya.
Loupatty juga katakan, selain desa Wangel, desa Durjela merupakan lokus Desa Cinta Statistik (Desa Cantik) yang terpilih dilaksanakan kegiatan tersebut.
“Program ini bertujuan untuk Meningkatkan literasi dan kesadaran/peran aktif Perangkat Desa dan masyarakat dalam menyelenggarakan kegiatan statistik, serta adanya standarisasi pengelohan data statistik untuk menjaga kualitas data serta optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan data dan membentuk Agen-agen statistik ditingkat desa,” jelasnya.
Disamping itu, dengan adanya kegiatan ini desa/kelurahan sebagai ujung tombak pembangunan desa sekaligus ujung tombak pengumpulan data sektoral.
“Sehingga perlu pembinaan statistik tingkat desa/kelurahan untuk menghasilkan data berkualitas langsung dari sumbernya guna mewujudkan Sadar “Satu Data Aru,” pintah Loupatty.