Ambon, Tribun Maluku : Aksi arogan seorang oknum perwira TNI kembali memantik sorotan publik di Kota Ambon. Komandan Rayon Militer (Danramil) 1504/06 Nusaniwe,
Komandan Rayon Militer (Danramil) 1504/06 Nusaniwe Kapten Inf Andreas Vicodey, diduga melanggar putusan pengadilan dengan membongkar plang pemberitahuan milik keluarga Evans Reynold Alfons di salah satu dari 20 potong Dusun Dati kawasan OSM, Jumat (31/10/2025).
Peristiwa bermula saat pihak TNI Kodam XV/Pattimura hendak membangun garasi di lapangan badminton milik warga OSM.
Pembangunan itu sempat dihentikan oleh Ketua Koordinator Warakawuri dan warga OSM, Stela Reawaruw, yang memiliki surat kuasa dari Evans Reynold Alfons selaku ahli waris sah lahan.
Namun, penolakan warga memicu emosi sang Danramil. Di hadapan wartawan, Kapten Vicodey disebut mengeluarkan kata-kata kasar kepada masyarakat sipil.
“Saya komandan Koramil di sini, saya mau bangun garasi saja dihadang sama mereka. Memang tanah nenek moyangnya?” ujar Danramil dengan nada tinggi.
Kapten Vicodey berdalih TNI memiliki dasar hukum kuat atas tanah di kawasan OSM, mengacu pada putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi yang menolak gugatan masyarakat.
Namun, pernyataan itu dibantah keras oleh kuasa hukum keluarga Alfons, Morits Latumeten.
“Dalam perkara antara pensiunan TNI, Kodam XV/Pattimura, dan keluarga Alfons, baik gugatan konvensi maupun rekonvensi semuanya ditolak. Bahkan, di tingkat Mahkamah Agung, Kodam mencabut diri. Artinya, putusan itu telah inkrah,” jelas Morits.
Morits menegaskan, plang pemberitahuan yang dipasang keluarga Alfons sah secara hukum dan didukung surat kuasa resmi dari pemilik dan Pemerintah Negeri. Ia menilai tindakan Danramil termasuk perbuatan melawan hukum.
“Sebagai pemimpin, dia seharusnya bijak dan proporsional. Pembongkaran itu tanpa dasar hukum. Itu sudah bisa dikategorikan sebagai pengerusakan,” tegas Morits.
Sementara itu Stela Reawaruw, Koordinator Warakawuri dan warga OSM yang diberi kuasa keluarga Alfons, mengaku menyesal dengan sikap arogan Danramil.
Menurutnya, kedatangannya ke lokasi bermula dari informasi akan ada pembangunan garasi di area yang biasa digunakan anak-anak bermain.
“Saya datang karena punya surat kuasa dari Evan Reynold dan Rycko Weyner Alfons untuk mempertahankan hak ulayat tanah adat mereka,” kata Stela.
Interaksi dengan Danramil memanas. Saat ditanya maksud kedatangannya, Stela mendapat respons kasar.
“Saya bilang saya punya kuasa dari pemilik tanah, lalu beliau tanya, ‘Ibu siapa, ibu punya hak apa melarang saya membangun?’” ujar Stela menirukan ucapan Danramil.
Ketegangan meningkat saat Danramil memanggil Evan dan Iwan Alfons, sambil tetap mengeluarkan kata-kata hinaan dan memerintahkan anak buahnya mencabut plang larangan.
“Hei, cabut papan larangan yang sudah dipasang Evans Alfons itu. Saya perintahkan, saya punya kuasa di sini, mau lapor sampai dimanapun, saya yang bertanggung jawab,” ujar Stela menirukan perintah Danramil.
Meski mengaku mengetahui tanah tersebut adalah Dati Kudamati karena ia “anak negeri,” Danramil tetap bersikeras mengklaim hak penggunaan atas tanah tersebut.
Beberapa wartawan yang berada di lokasi juga sempat dibentak oleh oknum TNI tersebut. Sejumlah warga menilai sikap Danramil sangat arogan,
“bukan cerminan seorang perwira TNI yang melindungi rakyat, tapi menunjukkan kekuasaan yang disalahgunakan,,”ujar salah satu warga.
Untuk Diketahui ketegangan di lokasi juga sempat memanas saat sejumlah wartawan yang baru tiba juga dibentak oleh sang perwira.
Beberapa warga menyebut, Danramil tampak “seperti kesetanan”, mengumpat dan menuding masyarakat “rakus” di depan publik.
“Sikap seperti itu bukan cerminan seorang perwira TNI yang melindungi rakyat, tapi justru menunjukkan arogansi kekuasaan,” tambah warga.
Terlihat Danramil dibantu beberapa anak buahnya merobek seluruh plang pemberitahuan yang dipasang keluarga Alfons sambil berteriak siap dilaporkan kemana saja
Kasus ini menambah daftar panjang ketegangan antara ahli waris keluarga Alfons dan pihak Kodam XV/Pattimura terkait status hukum tanah OSM yang hingga kini masih menjadi polemik di Ambon.
Komandan Kodim 1504 ketika dikonfirmasi via WhatsApp sempat mempertanyakan vidio arogan Danramil sewaktu merobek semua plang pemberitahuan yang dipasang oleh keluarga Alfons
Dirinya menanyakan siapa yang sempat merekam dan hanya berjanji akan bertemu di Kantor besok siang







