Arus Ekspansi Kredit
Bagaimana arus ekspansi kredit berimplikasi pada sektor perdagangan dalam konteks Maluku? Kita meyakini bahwa dalam dua belas tahun terakhir, pertumbuhan kredit cukup signifikan merangsang pertumbuhan makro sektor perdagangan, sebagai sektor ekonomi dengan share terbesar ketiga dalam struktur perekonomian di Maluku.
Langkah ekspansi moneter melalui penyesuaian suku bunga acuan yang lebih rendah akan diikuti penurunan rata-rata suku bunga kredit bank umum yang cenderung mendorong pertumbuhan kredit dan pada gilirannya meningkatkan secara langsung penyaluran kredit pada sektor perdagangan.
Di Maluku, rata-rata suku bunga kredit usaha bank umum selama dua belas tahun terakhir menunjukan trendline yang menurun. Pada tahun 2014, rata-rata suku bunga kredit usaha tercatat mencapai 12,41 persen, kemudian naik menjadi 12,45 persen pada tahun 2015 tertinggi dalam dua belas tahun ini. Pada tahun 2021, rata-rata suku bunga kredit usaha turun mencapai titik terendah dalam dua belas tahun terakhir ini yakni sekitar 8,49 persen, sebelum kembali naik menjadi 8,56 persen pada tahun 2022. Lalu pada tahun 2024, berkisar pada angka 8,67 persen. Trendline menurun rata-rata suku bunga kredit usaha bank umum menunjukan arah kebijakan moneter yang ekspansif telah ditempuh Bank Indonesia selaku bank sentral selama dua belas tahun terakhir ini.
Seiring dengan itu, perkembangan realisasi kredit bank umum di Maluku terus meningkat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui publikasi Statistik Perbankan Indonesia, mencatat total realisasi kredit sebesar 7.707 miliar rupiah pada tahun 2015 tumbuh sekitar 8,98 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017, total realisasi kredit tercatat sebesar 9.674 miliar rupiah dengan annual growth tertinggi dalam dua belas tahun terakhir yakni sekitar 13,53 persen. Kemudian pada tahun 2020, total realisasi kredit tercatat 12.762 miliar rupiah tumbuh melambat hanya sekitar 4,43 persen, angka ini merupakan annual growth terendah dalam dua belas tahun ini yang diyakini sebagai dampak pandemi covid-19. Pada tahun 2021, realisasi kredit bank umum di Maluku kembali naik signifikan menjadi 13.650 miliar rupiah dengan annual growth sebesar 6,96 persen dan terus menunjukan tren meningkat hingga mencapai 16.110 miliar rupiah pada tahun 2023, naik sekitar 1.302 miliar rupiah atau tumbuh sekitar 8,79 persen dari tahun 2022, sebelum kembali tumbuh melambat pada tahun 2024 sekitar 5,90 persen..
Implikasi Pada Sektor Perdagangan
Seiring perkembangan realisasi kredit bank umum di Maluku yang terus meningkat, kredit yang disalurkan bank umum pada sektor perdagangaan di Maluku juga cenderung meningkat selama dua belas tahun terakhir dengan proporsi berkisar diantara 22-24 persen, tertinggi dibanding penyaluran kredit pada sektor ekonomi lainnya.
Pada tahun 2015, kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan sebesar 1.933 miliar rupiah, tumbuh sekitar 11,86 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2020, kredit yang disalurkan tercatat hanya naik 96 miliar rupiah dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 2.831 miliar rupiah dengan annual growth melambat hanya sekitar 3,51 persen, terendah dalam dua belas tahun ini yang lagi-lagi diyakini akibat tekanan pandemi covid-19. Pada tahun 2022, seiring dengan masa pemulihan pasca pandemi covid-19 dan kembali bergairahnya aktivitas perdagangan di Maluku, kredit yang disalurkan bank umum kembali tumbuh cukup tinggi mencapai 13,84 persen. Realisasi kredit sektor perdagangan mencapai 3.512 miliar rupiah, naik sekitar 427 miliar rupiah dari tahun 2021 sebelum kembali tumbuh melambat hingga pada tahun 2024 hanya mencapai 5,12 persen dengan realisasi kredit sektor perdagangan sekitar 3.961 miliar rupiah. Secara agregat, bauran kondisi ini mampu mendorong sektor perdagangan di Maluku yang tercatat terus tumbuh posisif dalam lima tahun terakhir sejak terjadi kontraksi cukup dalam hingga 4,41 persen pada tahun 2020 lalu hingga mencapai 8,44 persen pada tahun 2024.
Kondisi Pasca Pandemi
Pasca pandemi covid-19 pada tahun 2022, pelonggaran pembatasan mobilitas sosial semakin meningkatkan aktivitas perdagangan masyarakat. Disamping kondisi itu, rata-rata suku bunga kredit usaha bank umum pada tingkat 8,97 persen, telah mendorong peningkatan realisasi kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan. Realisasi kredit sektor perdagangan tumbuh sangat tinggi hingga 2 digit, mencapai 13,84 persen dengan realisasi kredit senilai 3.512 miliar rupiah naik sekitar 427 milar rupiah dari tahun 2021. Kondisi ini, kita yakini telah mendorong pertumbuhan sektor perdagangan secara makro di Maluku mencapai 6,72 persen.
Pada tahun 2023, kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan tumbuh melambat hanya sekitar 7,29 persen, lebih rendah 6,55 persen dibanding pertumbuhan tahun 2022. Jika dicermati, kita yakin hal ini dipicu antara lain oleh rata-rata suku bunga kredit usaha yang sedikit bergerak naik menjadi 8,84 persen. Suku bunga KMK bank umum tercatat naik dari 8,60 persen pada tahun 2022, menjadi 8,86 persen pada tahun 2023. Di sisi lain, suku bunga KI bank umum naik dari 8,51 persen pada tahun 2022 menjadi 8,81 persen pada tahun 2023. Kita meyakini bahwa kenaikan rata-rata suku bunga kredit usaha ini sebagai dampak langkah kontraksi moneter penyesuaian suku bunga acuan yang diambil Bank Indonesia guna kepentingan pengendalian inflasi dan stabilitas kurs. Disamping kondisi regional lainnya, hal ini tentu memungkinkan sektor perdagangan secara makro di Maluku tumbuh melambat sekitar 6,68 persen dibanding tahun sebelumnya.
Pada tahun 2024 seiring dengan rata-rata tingkat suku bunga kredit usaha bank umum yang sedikit bergerak turun menjadi 8,67 persen, realisasi kredit usaha bank umum di Maluku naik sekitar 193 miliar rupiah atau tumbuh 5,12 persen dari tahun sebelumnya mencapai 3.961 miliar rupiah, dan sektor perdagangan Maluku tumbuh capai 8,44 persen.
Terkait dengan implikasi pada sektor perdagangan, arus ekspansi kredit yang lebih tinggi memungkinkan pertumbuhan sektor perdagangan yang signifikan disamping faktor-faktor regional seperti aktivitas sektor riil dan laju inflasi yang tentu mempengaruhi kinerja sektor perdagangan secara makro.
Pada akhirnya, untuk mendorong pertumbuhan sektor perdagangan di Maluku, kita yakin langkah moneter melalui penyesuaian suku bunga acuan yang lebih rendah guna mendukung arus ekspansi kredit dapat menjadi salah satu opsi yang actionable dalam bauran kebijakan ekonomi makro regional.
Oleh : M. Asril Lisaholet, SE; Statistisi Ahli Muda – BPS Kabupaten Seram Bagian Barat.