Tiakur, Tribun Maluku : Dinas kesehatan (Dinkes) kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) mengelar kegiatan orientasi upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa bagi petugas puskemas tahun 2024.
Kegiatan orientasi bagi tenaga puskesmas di MBD yang digelar Kamis (5/12/2024) menghadirkan dua nara sumber yakni, Plt Kadis Kesehatan MBD, Marthin Rahakbauw dan Gracia Katipana.
DPlt. kepala dinas kesehatan kabupaten Maluku Barat Daya Marthen Rahakbauw dalam sambutannya mengatakan. Di Indonesia, kondisi kesehatan jiwa masih menjadi salah satu isu yang dikesamppingkan.
“Padahal secara jumlah, penderitaan ganguan jiwa terus meningkat, peningkatan penderita ganguan jiwa itu pada umumnya berkaitan dengan pertambahan jumlah penduduk, ” Urai Rahakbauw.
Ditambahkan Rahakbauw, kesehatan jiwa merupakan fenomena gunung es, hal ini menyebabkan oleh belumnya meratah akses layanan kesehatan jiwa yang mengakibatkan tidak semua kasus ganguan kesehatan mental bisa terdeteksi.
” Terbukti dari hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2018 yang menunjukan bahwa dari 706.689 penduduk berusia 15 tahun ke atas yang mengidap depresi, hanya 9 persen di antaranya yang bisa mengakses pengobatan kesehatan jiwa,” ungkap Rahakbauw.
Menurutnya, permasalahan ganguan jiwa dapat terjadi mulai dari bayi dalam kandungan, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, jika tidak ditanggulangi atau di obati akan menyebabkan turunnya produktivitas dan membebani keluarga.
” Kesehatan jiwa tidak bisa diabaikan, perlu sinergi semua pihak terutama keluarga agar kondisi ganguan jiwa tidak makin para, yang terjadi sekarang ini kebanyakan pasien diterapi sudah dalam kondisi para,” ujar kadis.
Dikatakannya, pelayanan kesehatan jiwa di tingkat puskesmas sudah tidak bisa ditunda lagi, karena program kesehatan jiwa (keswa) mestinya menjadi program untuk kesehatan jiwa. Hal ini penting agar pelayanan kesehatan jiwa di beberapa puskesmas yang telah dijalankan sebagai program pengembangan mendapat dukungan pasti untuk berkelanjutan.
Dirinya berharap melalui kegiatan ini petugas puskesmas dapat percaya diri, sebab masih ada banyak pengelola kesehatan yang tidak percaya diri untuk menangani kesehatan mental.
“Untuk itu kementrian kesehatan sedang mengencananagkan kapasitas pengelola kesehatan jiwa bagi tenaga kesehatan tingkat provinsi, sehingga saat ini terdapat 6.811 puskesmas dari total 10.416 (65 persen) yang tenaga kesehatannya telaah mendapatkan pelatihan terkait layanann kesehatan jiwa,” Demikian Rahakbauw.