Ambon, Tribun Maluku: Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dr. Ilham Tauda, SP. M.Si mengatakan, potensi pangan lokal/pokok seperti sagu, ubi kayu, sukun, jagung bisa menjadi sumber pangan lokal yang harus di dorong untuk memperkuat kemandirian dan ketahanan pangan di Provinsi Maluku.
Khusus untuk pangan lokal sagu, Maluku mempunyai potensi lahan sagu cukup besar dengan total luasan 36.465 ha dengan produksi kurang lebih 14.000 ton di tahun 2023 (Data BPS). Dari total luasan sagu itu, ada kurang lebih 35.000 ha potensi lahan sagu berada di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT).
Artinya, di atas 90 persen potensi lahan sagu kita yang ada di sana,” kata Dr. Ilham Tauda di Ambon, Kamis (16/1/2025).
Menurutnya, terkait dengan beras analog atau beras dari sagu, Distan Maluku sudah melakukan penyiapan sejak tahun 2016 lalu yang di mulai dari hulu, dengan melakukan penataan hutan sagu menjadi kebun sagu.
Penataan hutan sagu melalui Inovasi MATA SAGU (Manggurebe Tata Lahan Sagu) mulai dilaksanakan sejak tahun 2016 sampai tahun 2021 dan kini luasnya telah mencapai kurang lebih 50 ha.
“Dari 50 ha ini kalau kita estimasi dalam hitungan kita 1 ha bisa ditanam 100 pohon sagu dengan jarak tanam 10×10 maka dalam 50 ha itu bisa menghasilkan 200 ribu ton tepung sagu kering. Jadi bayangkan sekarang ini kita ada defisit kekurangan beras kurang lebih 100 ribu ton. Artinya, hanya dengan melakukan penataan hutan sagu 50 ha, itu sudah mampu menyiapkan untuk sumber pangan lokal kita dari beras sagu menghasilkan 200 ribu ton setara beras. Itu baru 50 ha, apalagi kita punya potensi 35.000 ha,” ulas Dr. Tauda.
Oleh karena itu kata Dr. Tauda, beberapa langkah untuk menuju mengolah sagu menjadi beras sagu atau beras analog adalah:
- Distan Maluku sudah menyiapkan dokumen perencanaan, sambil menunggu dukungan anggaran baik APBD maupun APBN.
- Rencana untuk dikembangkan industri pengolahan sagu dimana Distan Maluku dalam perencanaan sudah menyiapkan tiga Klaster di Kabupaten SBT yaitu di Kecamatan Teluk Waru Desa Waru sebagai Desa binaan Distan Maluku, dengan potensi hutan sagu seluas 14.000 ha, di Kecamatan Tutuktolu 1.082 ha dan Kecamatan Kian Darat 887 ha, sehingga ada 16.244 ha hutan sagu yang kebanyakan jenis sagu Molat, bisa menjadi potensi dikembangkan menjadi beras sagu atau beras analog.
- Pada tiga kecamatan itu Distan Maluku akan menyiapkan 15 unit industri pengolahan sagu dengan rincian Kecamatan Teluk Waru 10 unit pengolahan sebagai pusat, Kec. Tutuktolu 3 unit dan Kec. Kian Darat 2 unit pengolahan, yang mampu menyerap 150 tenaga kerja lokal.
Saat ini Distan Maluku telah berkolaborasi dengan beberapa mitra untuk mendorong membuat beras analog di Desa Waraka dengan brand SAWA (Beras Sagu Waraka), yang kini sudah di jual di Tempat Oleh-Oleh di Kota Ambon.
Dari sisi kewenangan, pengolahan beras analog menjadi tanggung jawan Dinas Ketahanan Pangan, sementara Dinas Pertanian lebih banyak menyiapkan bahan bakunya dan juga bisa sampai dengan industri pengolahan.
Dinas Pertanian Maluku mendorong pembuatan beras analog tersebut sebagai implementasi dari Perpres Nomor 18 Tahun 2024, dimana Mendargi dalam arahannya meminta untuk masyarakat tidak hanya bergantung kepada beras saja, tetapi mengoptimalkan pangan-pangan lokal kita.
Dr. Tauda berharap, ke depan kita memperkuat pengembangan pangan lokal terutama merubah sagu menjadi beras sagu atau beras analog.
Oleh karena itu dilakukan penataan dan pengembangan hutan sagu menjadi kebun sagu, termasuk melakukan hilirisasi sagu menjadi beras sagu.
Pengelolaan dan penataan hutan sagu berbasis masyarakat atau melibatkan masyarakat sebagai mitra.
Dalam mendukung orgo industri sagu ini diharapkan ada investor yang tertarik dan ingin untuk mengembangkannya, guna meningkatkan nilai tambah sagu selain limbah sagu bisa dijadikan sebagai pakan ternak dan sumber bio energy.