Ir. Diana Padang, M.Si |
AMBON Tribun-Maluku.com- Hasil penelitian dari akademisi Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon terkait pencemaran tanaman Padi di Pulau Buru, akibat matinya tiga ekor Kerbau beberapa waktu lalu direspons positif oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku karena itu merupakan tupoksi mereka.
Namun sebagai birokrasi, Dinas Pertanian Promal harus mendapat laporan dari Dinas Pertanian Kabupaten Buru,”kata Kepala Dinas Pertania Provinsi Maluku Ir. Diana Padang, M.Si di Ambon, Senin (2/4/2018).
Menurut Padang, sesuai lapaoran lisan dari Distan Buru sambil menunggu laporan tertulis, kematian tiga ekor Kebau di desa Wamsait sekitar daerah tambang emas sampelnya di ambil selanjutnya di uji di Laboratorium Balai Besar Peternakan di Maros Sulawesi Selatan.
Hasilnya baru bisa dipublikasikan apakah kematian tiga ekor Kerbau itu mengandung Sianida ataukah tidak. Namun demikian, kalau dilihat secara fisik kematian tiga ekor Kerbau diakibatkan oleh Sianida.
Hasil koordinasi dengan Distan Buru dan PPL, 50 hektar lahan sawah di sekitar desa Wamsait selama aktivitas tambang emas tidak lagi berfungsi/tidak lagi dimanfaatkan oleh petani setempat, sehingga sudah menjadi hutan belukar.
Selain itu air irigasi yang mengair dari bendungan Waitina tidak masuk di dalam areal 50 hektar tersebut.
“Karena kami juga bertanggungjawab terhadap masalah sawah di Pulau Buru yang katanya tercemar, maka dalam waktu dekat kami dari Distan Promal akan berkunjung ke sana,”ucapnya.
Dikatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak akademisi Unpatti atas hasil penelitian yang dilakukan, karena telah bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku.
Sementara hasil penelitian dari peneliti Unviversitas Pajajaran Bandung beberapa waktu lalu bahwa, Padi di Kabupaten Buru tidak tercemar akibat kematian tiga ekor kerbau.
“Namun demikian pihaknya tetap mengantisipasi segala kemungkinan yang muncul, karena Pulau Buru sebagai daerah sentra produksi Padi di Provinsi Maluku,”ucapnya.(TM02)