Ambon, Tribun-Maluku.com : Untuk mendukung Ambon sebagaiĀ Musik,
Ambon City of Music, maka warga Negeri Soya tepatnya di RT 004/02 Dusun Kayu Putih membentuk komunitas Ukulele yang diberi nama Komunitas Ukulele Baku Kele.
Musik Ukulele salah satu musik tradisional asal Maluku yang saat ini sedang digalakan Pemerintah Kota Ambon, akan semakin mendunia jika memiliki spesifikasi musik dengan ribuan pemain musiknya.
Kepada wartawan, Kamis (03/11/2022), Rina Loppies satu pembina Baku kele menjelaskan, Komunitas Ukulele Baku Kele memiliki arti Maju bergandeng tangan bersama Musik Ukulele.
“Ukulele jadi alat perekat bagi masyarakat untuk tetap bersama, bergandeng tangan memajukan daerah ini sambil melantunkan nada-nada merdu. Menyerukan damai sambil bermain musik,” Ujar Lopies
Menurutnya, kenakalan yang terjadi pada anak usia sekolah, salah satu pemicuhnya adalah kurang tersedianya wadah penyaluran bakat mereka.
“Kalau ada wadah yang tepat maka bakat anak-anak bisa disalurkan secara positif,” kata guru seni di SMP Negeri 10 Ambon.
Untuk itu, Rina Loppies berharap keberadaan komunitas ini mendapat dukungan daripada orang tua.
“Orang tua mesti mensupport kegiatan positif anak,-anak ini ” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Ukulele Baku Kele, Ronny Lawalatta, berharap kehadiran Komunitas Ukulele Baku Kele bisa memotivasi anak-anak guna mencintai alat musik tradisional.
“Mimpi kami, komunitas ini menjadi wadah anak-anak belajar musik bukan hanya Ukulele tapi juga suling dan lainnya,” kata Lawalatta.
Namun yang pasti, guru di SMA Negeri Hattu Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah ini berharap, Kota Ambon sebagai Kota Musik memiliki spesifikasi musik yaitu Ukulele.
“Kalau hanya menjadi Kota Musik, maka Kota Ambon akan kalah dengan kota besar lainnya di Indonesia tapi jika memiliki spesifikasi Musik Ukulele maka sebutan Ambon Kota Musik semakin pas. Apalagi ditambah banyaknya generasi muda Kota Ambon yang mahir bermain musik Ukulele maka label City of Music tidak terbantahkan,” katanya.
Ketua RT 004/02, Mezach Paunno, berharap dengan kehadiran Komunitas Ukulele Baku Kele bisa menghimpun anak-anak dan remaja mencintai alat musik tradisional.
“Pembentukan komunitas ini untuk mengarahkan anak-anak berkegiatan positif selain tentunya menyalurkan bakat mereka dibidang musik,” kata
Menurut Paunno, komunitas ini nantinya menjadi wadah anak -anak di kawasan itu untuk berkreasi bukan hanya di jalur musik tapi juga pada kreatifitas lainnya.
“Wadah ini nantinya bukan hanya melatih anak-anak bermain Ukulele tapi juga jenis musik lainnya misalnya, suling, harmonika, gitar dan lainnya,” kata Paunno.
Selain itu, Paunno berharap dengan terbentuknya Komunitas Ukulele Baku Kele, bisa meminimalisir kenakalan anak-anak di lingkungan tersebut.
“Kami berharap, dengan terbentuknya Komuniyas Ukulele ini maka tingkat kenakalan anak-anak bisa diminimalisir dengan kesibukan mereka berlatih musik,” harapnya.
Kehadiran Komunitas Ukulele Baku Kele juga didukung para orang tua di lingkungan RT 004/02 Dusun Kayu Putih Desa Soya.
“Sebagai orang tua, kami siap mendukung komunitas ini, karena kami juga ingin bakat anak-anak kami tersalurkan pada wadah yang tepat,” kata Nus Sahusilawane.