Ambon, Tribun Maluku : Dukung Follu Net Sink 2030 dalam meningkatkan Kapasitas Para pihak di Sub Nasional Maluku, Direktorat Jenderal (Dirjen) Pengendalian Perubahan Iklim (DJPPI) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) SRN PPI
Pelaksanaan Bimtek SRN PPI yang digelar Rabu (4/12/2024) di Santika premiere Hotel dibuka secara Virtual oleh Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional, DJPPI KLHK, Dr. Wahyu Marjaka, M.Eng yang diwakili Kepala Subdit Dukungan Sumber Daya Perubahan Iklim Dr. Wawan Gunawan, S.Hut., M.Si
Marjaka dalam sambutannya, yang dibacakan Gunawan mengatakan perubahan iklim merupakan suatu hal yang nyata dan telah hadir di depan mata.
Hal ini didukung oleh temuan ilmiah yang semakin jelas menunjukkan bahwa perubahan iklim menjadi ancaman global yang sangat serius terhadap kehidupan di bumi.
Ia menjelaskan, berdasarkan Laporan WG I IPCC AR6 menyebutkan bahwa pada tahun 2011 – 2020, suhu permukaan global sudah meningkat rata-rata sebesar 1,09 derajat celcius
,”Diprediksi suhu akan terus meningkat jika tidak dilakukan penurunan emisi Gas Rumah Kaca dan upaya-upaya ambisius tahun 2020-2030,”ujarnya
Ia menjelaskan Kenaikan suhu 1,5 derajat celcius akan mengakibatkan turunnya hasil panen di banyak daerah karena kekeringan
Selain itu menurutnya, suhu yang panas juga akan mengakibatkan mencairnya es di kutub sehingga rerjadi kenaikan muka air laut yang dapat menimbulkan bencana yang lain seperti banjir.
Kenaikan suhu lebih dari 1,5 derajat akan menimbulkan permasalahan yang lebih ekstrem lagi seperti meningkatnya kepunahan, intensitas badai, kebakaran hutan, gelombang panas dan kekeringan yang ekstrem.
Dalam konteks nasional, menurutnya, Indonesia telah menetapkan komitmen target penurunan emisi GRK nasional dalam Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 31,89% dengan upaya nasional dan menargetkan penurunan emisi sebesar 43,2%.
Target ini meningkat dari sebelumnya yang hanya sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan internasional.
Ia menjelaskan, ini menunjukkan kesungguhan Indonesia untuk turut menekan kenaikan suhu global sesuai kesepakatan pada Paris Agreement.
Untuk itu menurutnya diperlukan upaya yang serius untuk mengurangi dampak tersebut dengan memaksimalkan sumber daya perubahan iklim yang mencakup pendanaan, peningkatan kapasitas dan transfer teknologi dalam melakukan aksi mitigasi perubahan iklim.
Salah satu upaya untuk mengurangi gas rumah kaca khususnya untuk sektor FOLU adalah dengan implementasi REDD+ (Reducing Emission Degradation Deforestation).
,”Program ini bukan hanya alat untuk mitigasi perubahan iklim, tetapi juga sebuah platform untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pengelolaan hutan yang berkelanjutan,”ujarnya
Dijelaskan pula, di Maluku, implementasi REDD+ dapat menjadi solusi dalam menjaga keseimbangan ekologis, sekaligus mendukung pembangunan ekonomi masyarakat berbasis sumber daya alam.
Bimbingan teknis ini memiliki nilai strategis untuk memastikan bahwa seluruh pihak memahami konsep dan mekanisme implementasi REDD+.
Kunci keberhasilan REDD+ terletak pada pengelolaan sumber daya secara efektif, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat adat, dan sektor swasta, serta adopsi teknologi canggih untuk pemantauan dan pelaporan (MRV).
Dirinya berharap setiap lembaga untuk saling sharing informasi terkait means of implementation atau yang dalam hal ini meliputi pendanaan, peningkatan kapasitas dan teknologi transfer kaitannya dengan Implementasi REDD+ sebagai modalitas pemetaan seberapa jauh Provinsi Maluku ini memiliki ataupun membutuhkan ketiga instrumen means of implementation tersebut.
Pemetaan ini sangat penting untuk mengukur kemampuan nasional sekaligus memetakan kebutuhan untuk mendukung capaian target NDC khususnya sektor FOLU.
,”Harapannya setelah pemetaan ini dilaksanakan, akan didapatkan gaps and needs di Provinsi Maluku, sehingga dapat dirancang strategi yang tepat untuk memenuhi gap2 tersebut,”harapnya
Ia menambahkan, untuk mewujudkan target tersebut, kolaborasi sinergis yang erat diperlukan antara pemangku kepentingan, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, civil society organization (LSM) dan komunitas masyarakat, sehingga akan menguatkan rantai nilai pengelolaan sampah dan mewujudkan pengelolaan sampah tersebut.
Salah satu aspek yang tidak kalah penting yaitu dalam hal pencatatan aksi dan sumber daya. Pencatatan ini dilakukan dalam Sistem Registri Nasional, dimana dari situlah data terkait aksi dan sumber daya dihimpun dan menjadi bahan evaluasi secara nasional, sejauh mana target dan komitmen Indonesia berprogres.
,”Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk menjadi agen perubahan dalam pengendalian perubahan iklim. Mari kita tingkatkan kapasitas kita dan bersama-sama menciptakan dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan untuk generasi yang akan datang,”ajaknya
Untuk diketahui, Bimtek ini dilaksanakan dua sesi , dimana pada sesi pertama difokuskan pada perencanaan dan dukungan sumber daya
Pada sesi pertama dengan pemateri Junus Mataken, dengan materi Perencanaan pembangunan dalam konteks perubahan iklim.
Selanjutnya Fransisca Y.R Luturmas, dengan materi Perhutanan sosial dan pengendalian perubahan iklim dan
Fence Purimahua membawakan Identifikasi sumber daya dalam implementasi REDD+.
Sedangkan pada Sesi Kedua Fokus pada sumber daya perubahan iklim
Menghadirkan Real Sukmana Faesal Umar dengan Pemanfaatan sumber daya untuk mendukung REDD+.
Selanjutnya Frangky D.J Tutuarima dengan materi Penjaringan dan pemetaan sumber daya pemangku kepentingan.