Ambon, Tribun-Maluku.com : Pulau Banda terkenal sebagai destinasi pariwisata baik di tingkat nasional maupun dunia internasional.
Potensi pariwisata di Pulau Banda tentu mempunyai efek Dominan yang luar biasa bagi masyarakat setempat.
Demikian keterangan Abarizal Bahalawan, pelaku wisata di Pulau Banda yang juga pemilik hotel Cilu Bintang Estate kepada media ini di Banda, Sabtu (13/11/2021).
Menurut Aba, Pulau Banda memiliki potensi yang besar baik Pariwisata, Pala dan Perikanan.
Menurutnya, Khusus potensi pariwisata cukup banyak namun baru sekitar 20 persen yang digarap oleh masyarakat di Banda.
Hampir semua pulau di Banda seperti Pulau Neira, Gunung Api, Banda Besar, Pulau Rum, Pulau Ai dan Pulau Hatta memiliki potensi wisata yang menjanjikan.
Setiap pulau ada hutan Pala yang yang ditinggalkan oleh Belanda dengan umur 200 sampai 300 tahun. Ada juga potensi wisata pantai dengan pasir putih yang indah, serta potensi wisata alam bawah laut yang luar biasa.
Dari sisi ekonomi, potansi wisata Pala yang dimiliki masyarakat setempat setiap tahun sebanyak 400 ton hasil Pala di expor atau dibawa keluar, termasuk income petani yang lain seperti Kenari.
Sebanyak sembilan sampai 10 potensi wisata di Pulau Banda seperti Potensi wisata adat dan budaya, religi seperti kuburan tua dan sumur-sumur tua, Tapikong Cina, gereja tua, masjid tua, rumah- rumah adat, dan wisata sejarah yang ditinggalkan oleh penjajah seperti Portugis, Belanda dan Ingris.
Selain Banda terkenal sebagai pulau yang cantik dan asri, juga memiliki potansi bawah lauta yang indah, sehingga banyak penyelam domestik dari Jakarta dan Surabaya datang untuk menikmati serta melihat ada satu spesies yang muncul dalam 10 tahun belakangan adalah Hiu Martel yang hanya ada di laut Banda.
Dikatakan, pariwisata mempunyai efek Dominan yang luar biasa kepada baik pelaku wisata, pengguna akomodasi, UKM-UKM,pengendara jasa Ojek, dan komunitas lain seperti HPI komando wisata, Pentas seni (Sanggar-sanggar), dan para usaha Sovenir, serta ibu-ibu penjual kuliner seperti Bakasang, Manisan Pala, Sele Pala, Cakalang Banda dan Kenari.
“Wisata ini kan pergerakan orang datang ke Banda berarti dia membawa uang sehingga jika ingin membawa ole-ole tentu membelinya di Banda. Selain itu jika tamu ingin melihat dan menikmati hutan Pala, Sumur tua dan tempat bersejarah lainnya di Pulau Banda Besar dan pulau yang lain, tentu membutuhkan jasa transportasi laut dan jasa ojek milik masyarakat setempat,”ulas Aba.
Untuk tetap menjaga Potensi wisata di Banda untuk tetap lestari demi masa depan anak cucu dimasa yang akan datang, maka dipikirkan untuk membuat aturan-aturan sehingga masyarakat tidak sembarangan mengambil galian C seperti batu dan pasir.
“Jadi kita akan buat sonasisasi pengembangan pariwisata, perikanan dan perkebunan karena ketiga sektor ini saling berhubungan bagi kelangsungan hidup masyarakat di Pulau Banda, termasuk menjaga tempat-tempat ritual dan situs-situs sejarah,” kata Aba.