Ambon, Tribun Maluku. Aktivitas ekonomi di Kota Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara kian merosot. Sejak pukul 19.00 WIT, pasar utama di kota ini sudah tutup, jalanan lengang dan lampu-lampu jalan sebagian besar padam. Situasi ini membuat masyarakat menyebut Langgur sebagai “kota mati”.
Lesunya geliat ekonomi ini disorot oleh Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Maluku, Yunus Serang. Ia menyatakan bahwa, kondisi sepi di pasar Langgur sangat memukul petani dan pedagang kecil yang menggantungkan hidup pada hasil panen dan penjualan harian mereka.
“Para pedagang dan petani mengeluh karena pembeli sangat sedikit. Mereka bilang, uang yang beredar di Maluku Tenggara sangat terbatas,” kata Yunus saat ditemui Tribun Maluku.com di Rumah Rakyat Karang Panjang,Ambon, Rabu (16/4/2025).
Menurut Yunus, perbandingan dengan Kota Tual sangat kontras. Di Tual, aktivitas ekonomi tetap berlangsung hingga tengah malam, sementara di Langgur nyaris tak ada pergerakan setelah matahari terbenam.
“Di Langgur, setelah pukul tujuh malam, pasar sudah tutup, jalanan sepi, bahkan lampu jalan banyak yang tidak menyala. Sementara di Kota Tual, aktivitas bisa sampai tengah malam,” ujarnya.
Ia menilai stagnasi ekonomi ini tak bisa dibiarkan. Pemerintah kabupaten dan provinsi harus segera turun tangan dengan langkah nyata, terutama dalam mendukung sektor riil seperti pertanian dan perdagangan lokal.
“Pembangunan harus berpihak pada masyarakat kecil. Kita tidak bisa diam melihat ekonomi rakyat melemah seperti ini,” tegas Yunus.
Situasi ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah agar mempercepat perbaikan infrastruktur dasar dan menciptakan kebijakan yang mampu menggerakkan ekonomi malam hari, khususnya di kota-kota yang menjadi pusat perdagangan lokal.