Dobo, Tribun-Maluku.com: Johan Gonga kembali memimpin Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Maluku untuk kedua kalinya, setelah dalam Musyawarah Daerah (Musda) HNSI Maluku ke III menang dengan sistem aklamasi.
Terpilihnya Gonga sebagai Ketua HNSI Maluku periode 2022-2027, dilantik oleh Ketua DPP HNSI Indonesia, Mayjen Marinir (Purnawirawan) DR. H. Yusuf Solicin, M. MBA.Ph.D, di gedung Kesenian Sitakena, Rabu (6/4/2022).
Dalam sambutannya, Gonga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan seluruh peserta Musda HNSI ke III kepada dirinya sebagai ketua HNSI Maluku untuk kedua kalinya.
Dikatakan, berbagai isu strategis yang telah dibahas bersama pada forum ini, merupakan rencana tindaklanjut yang dilakukan terus secara kontinyu, sehingga kesepakatan strategis yang didapat tidak berawal dan berakhir dengan sia-sia, tapi terus menggelisahkan kita untuk terus berbuat yang terbaik, memenuhi kebutuhan dan persoalan nelayan yang ada di wilayah Provinsi Maluku.
“Kita bersyukur diberikan laut yang cukup luas dan menjanjikan kekayaan laut yang melimpah ruah, untuk itu mari kita komitkan persepsi kita untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya laut kita untuk mensejahterahkan masyarakat dan menolak aksi liberal dan monopoli pengelolaan yang tidak pro pada kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Selaku ketua umum, Gonga yang juga sebagai Bupati Kepulauan Aru berharap kita terus mengevaluasi dan mendesain gold program yang berdampak, seperti perbaikan database nelayan, agar pemerintah bisa melakukan identifikasi lebih cepat ketika nelayan mengalami masalah.
“Saya minta database nelayan, diperbaiki agar kita punya kepastian nelayan kita ada berapa di mana saja, karena akan berkaitan dengan data nelayan tangkap yang sedang tidak melaut, sehingga bisa diketahui waktu yang tepat untuk memberikan pelatihan dan pemberdayaan secara komperensip,” paparnya.
Selain itu, update data usaha industri perikanan yang aktif, agar dapat berdampak pada perencanaan dan distribusi yang pasti.
“Kita minta identifikasi perusahaan-perusahaan yang aktif maupun terancam pailid akibat pandemi dan modal usaha, apakah yang dulu bisa ekspor sekarang tidak bisa? apakah problemnya permintaan yang belum ada atau alat transportasinya, itu contoh kecil yang saya sampaikan. Karena, jika pemerintah memiliki data yang lengkap maka pemerintah bisa mengetahui berapa dan di mana usaha industri perikanan yang bermasalah dan perlu dibantu, terutama saat pandemi,” ungkapnya.
Hal lain lanjut Gonga, yang mesti kita optimalkan adalah Seminar dan Lokakarya pelatihan agar berkala dilaksanakan demi memperkenalkan modernisasi alat tangkap untuk para nelayan yang pada gilirannya bisa lebih mudah menangkap ikan dengan hasil yang lebih memuaskan.
“Hal mendasar yang harus kita pikirkan bahwa nelayan tangkap itu kan tidak satu tahun dia melaut, itu hanya bulan saja, atau tergantung cuaca dan keadaan, pertanyaannya bahwa ketika mereka tidak melaut, apa yang mesti dikerjakan? Itu pemberdayaan yang harus kita sediakan kepada mereka dalam program dan kegiatan secara kontinyu,” ujarnya.
Dia juga menambahkan, sejumlah ekpektasi yang disampaikan tadi, kiranya dapat mendorong kita untuk terus bekerja dan berkarya, demi menjadikan Maluku sebagai Poros Maritim Indonesia yang maju, serta penghasil ikan terbesar yang dikelola dan dipergunakan sebaiknya untuk kemakmuran masyarakat Maluku pada khususnya.
Sementara itu, Ketua DPP HNSI Indonesia, Mayjen Marinir (Purnawirawan) DR. H. Yusuf Solicin, M. MBA.Ph.D dalam sambutannya menyampaikan bahwa apa yang harus kita lakukan lima tahun kedepan untuk kesejahteraan masyarakat Maluku.
Untuk itu, organisasi HNSI harus berjuang untuk kemakmuran nelayan Maluku. Undang-undang nomor 7 tahun 2016 tentang perlindungan dan pemberdayaan nelayan. Perintah undang-undang sudah sangat jelas dan program kerja 5 tahun kedepan ini agak terlambat, terkait dengan pusat koperasi untuk membantu para nelayan kita.
“Ketika nelayan tidak di perhatikan di negeri ini, kita harus mengambil sikap. Oleh karena itu kita wajib memberikan penyuluhan kepada para nelayan agar mereka dapat melakukan berbagai sumber daya yang ada untuk meningkatkan daya tangkap yang lebih modern,” urai Solicin.
Ditambahkan, Nelayan di kabupaten Kepulauan Aru belum ada kapal kapal yang bermuatan di atas 30 GT, Oleh karena itu kita sama-sama berusaha untuk membangkitkan para nelayan dengan membangun koperasi di masing-masing kabupaten/kota.
“Saya 14 tahun memimpin HSNI. selama 14 tahun saya tidak bisa berbuat banyak untuk HSNI, karena tidak punya kekuasaan. kesimpulan saya ormas sebesar apapun tetapi tidak mempunyai kekuatan, dan biaya, kita tidak berbuat apa-apa. Untuk itu bagi seluruh rekan-rekan HSNI silakan masuk ke partai politik, agar ke depan kita dapat menjalankan misi yang baik yaitu mensejahterakan Nelayan kita,” pungkas Ketua DPP HNSI ini.