Kisar, Tribun-Maluku.com : Gubernur Maluku, Said Assagaff, dianugrahi dua gelar adat tertinggi yang diberikan pemerintah, masyarakat dan tua-tua adat di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), saat berkunjung ke wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga Timor Leste tersebut.
Dua gelar yang diterima Gubernur saat berkunjung ke wilayah terselatan provinsi Maluku, pekan ini yakni “Upulatu Raisima Nohpatutu Raipatatar” atau raja dan pemimpin adat tertinggi pulau-pulau di Maluku Barat Daya.
Gelar kehormatan tertinggi tersebut diberikan oleh tokoh adat dan pemuka masyarakat se- pulau Moa, saat Gubernur Said mengunjungi Tiakur, ibu kota kabupaten MBD.
Penyematan gelar adat tersebut dilakukan dalam sebuah upacara dipimpin tokoh adat pulau Moa dan disaksikan oleh Bupati MBD, Barnabas Orno, Wakil Bupati, Benjamin Noach, seluruh kepala Desa/Raja dan Camat di kabupaten MBD serta ratusan warga setempat.
Pemberian gelar adat ditandai penyematan pakaian adat terbuat dari kain tenun khas daerah itu dan merupakan peninggalan leluhur serta biasanya digunakan pada acara adat maupun kenegaraan dalam tatanan adat masyarakat Pulau Moa.
Gubernur juga diberi topi adat yang melambangkan mahkota kehormatan dan kebanggan masyarakat MBD, serta seperangkat kalung berliontin emas berukuran sebesar piring teh, serta disuguhi minuman tradisional “sopi” oleh para tua-tua adat sebagai lambang persatuan dan persaudaraan.
Sopi dalam kehidupan dan sosial budaya masyarakat MBD sering digunakan dalam acara keluarga maupun ritual adat.
Sedangkan gelar adat lain diterima Gubernur dari para tokoh adat pulau Kisar, dan diserahkan saat berkunjung ke Wonreli, ibu kota kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, Kamis (13/10).
Gelar adat “Yalu Resi Lain Tulu” yang berarti pemimpin tertinggi di pulau Kisar disematkan tua-tua adat dari dua komunitas yakni Meher dan Oirata yang merupakan masyarakat asli di sana.
Penyematan gelar adat dilakukan dengan mengenakan kain Senikir (kain tenun adat turun-temurun), Manuwulu Woor atau topi yang terbuat dari bulu ayam, ikat pinggang dan keris yang melambangkan kebesaran dan kekuatan untuk melindungi.
Dengan dua gelar adat tersebut, maka Gubernur Said telah menjadi pemimpin tertinggi dalam struktur adat masyarakat di pulau Kisar maupun kabupaten MBD pada umumnya.
Tanggungjawab Besar Gubernur Said, mengapresiasi kepercayaan masyarakat di pulau Kisar dan MBD pada umumnya dengan memberikan dua gelar kehormatan kepadanya untuk menjadi pemimpin adat tertinggi di daerah yang berbatasan dengan negara tetangga Timor Leste itu.
“Beta (saya) akan pikul amanah ini. Ini gelar paling sakral yang diterima dan akan diemban sebagai pemimpin yang peduli dengan rakyatnya,” ujarnya.
Dia mengemukakan, siap bekerja keras untuk menjadi pemimpin sejati sekaligus pelayan bagi masyarakat di MBD.
Dia berharap, pemerintah dan warga MBD dapat bergandengan tangan dengannya untuk melaksanakan amanah yang diberikan, terutama mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerah itu.
“Jangan biarkan saya berjalan sendiri. Tolong bantu dengan doa agar beta dan keluarga tetap sehat untuk memimpin daerah ini sesuai dengan yang diharapkan,” katanya.
Gubernur berharap masyarakat MBD tetap menjaga dan memelihara tatanan adat maupun budaya yang berlaku sebagai bagian dari identitas dan jati diri masyarakat setempat.
Selain itu memelihara dan menjaga berbagai tatanan nilai dan budaya lokal sebagai modal sosial kultural untuk membangun persaudaraan dan kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat, disamping berguna untuk menjaga kelestarian sumber daya alam yang melimpah di MBD.
Dia juga berharap kearifan lokal serta sosial budaya masyarakat MBD dapat diterapkan sebagai kurikulum muatan lokal di semua tingakatn sekolah, sehingga generasi masa mendatang lebih mengerti akar budaya mereka sendiri dan mampu dipertahankan di tengah gencarnya arus globalisasi.