Ambon, Tribun Maluku: Pada H-7 menjelang hari raya Idul Fitri 1446 H/2025 M, kondisi tanaman hortikultura pemicu inflasi baik di Kota Ambon maupun kota/kabupaten indeks harga konsumen (IHK) lainnya di Maluku, yang biasanya menjadi langganan inflasi adalah cabe rawit, bawang merah dan juga beberapa sayuran dataran rendah.
Dalam rangka perayaan hari raya maka ada beberapa komoditi pertanian menunjukkan angka peningkatan harga di pasar, yang di picu oleh meningkatnya permintaan.
Setiap hari raya pasti ada peningkatan produksi dan hal ini bisa saja memicu terjadinya inflasi,” kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dr. Ilham Tauda, SP. M.Si melalui Kepala Bidang Hortikultura Distan Maluku, Doni Lekatompessy, SP. MP di Ambon, Senin (24/3/2025).
Menurut Doni, untuk komoditi sayuran dataran rendah seperti sawi, kangkung, bayam dan sejenisnya kondisi pasokan niaganya tidak ada masalah. Sedangkan untuk cabe kondisinya normal karena ada pasokan namun terjadi peningkatan harga, yang mungkin saja terjadi pada rantai pasok.
Produksi untuk cabe saat ini merupakan care over dari tahun 2024 yaitu pada triwulan III karena cabe produksinya pada usia tiga bulan. Misalnya kalau tanam cabe pada Desember 2024 maka Maret 2025 sudah produksi.
Untuk komoditi bawang merah kata Doni, harus di pasok dari luar Maluku karena luas tanam komoditi ini tidak mencukupi. Terkait pembibitan dan hal lain dari bawang merah lebih banyak mengharapkan bantuan dari pemerintah, apalagi saat ini terjadi efisiensi anggaran.
“Jadi petani kita di Maluku bukan petani yang terbiasa menanam bawang. Meskipun ada beberapa bantuan dari BI Maluku dan pihak lain namun belum juga mencukupi kebutuhan di daerah kita, sehingga harus di pasok dari luar Maluku,” ulas Doni.
Sesuai hasil pengamatan di Pasar Mardika pada H-7 Lebaran, harga bawang merah masih bergerak antara 40 sampai 45 ribu per kg, sementara harga cabe bergerak antara 80 sampai 100 ribu per kg.
Tinggi rendahnya harga cabe tergantung kondisiny, harga 80 ribu itu untuk cabe yang sudah disimpan 2 sampai 3 hari, sedangkan cabe yang masih segar harganya 100 ribu per kg.
Untuk pasar Ambon biasanya cabe di pasok dari Buru, Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat, termasuk produksi cabe di Kota Ambon.
Dikatakan, Ambon, Tual dan Masohi adalah tiga daerah untuk pengukuran IHK sehingga harus didukung oleh daerah penyangga.
Sesuai informasi kata Doni, harga cabe di Tual mencapai 200 ribu per kg namun TPID setempat sudah menanganinya, termasuk cabe di pasok dari Pulau Seram sehingga harganya sudah turun menjadi 120 ribu per kg.
Tingginya harga cabe itu akibat terjadi kelangkaan karena curah hujan yang cukup tinggi, mengakibatkan lahan 7 Ha yang ditanami cabe dianggap gagal panen.
Sementara untuk Masohi menjelang Lebaran kondisi harga cabe juga melambung tinggi tiga kali lipat dari hari-hari biasanya yaitu sebelum bulan suci Ramadhan harga cabe biasanya Rp35 ribu per kg, namun menjelang Ramadhan harga cabe mencapai Rp100 ribu per kg.
“Jadi pemerintah tetap mendorong agar para petani selalu meningkatkan produksi dan luas tanam sesuai permintaan pasar, meskipun diperhadapkan dengan situasi efisiensi anggaran,” harapnya.