Ambon, Tribun Maluku: Program Kampung Holtikultura merupakan salah satu program strategis dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Holtikultura Kementerian Pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan foliditas komoditas hortikultura, selain Digitalisasi hortikultura dan Pengembangan pengolahan dan pemasaran UMKM hortikultutra.
Kampung hortikultura sebenarnya pengistilahan saja, namun merupakan bagian yang dinamakan kawasan pertanian untuk hortikultura, seperti kawasan cabai, kawasan bawang, kawasan buah-buahan, kawasan tanaman farmaka dan kawasan tanaman florikultura (bunga-bungaan/tanaman hias),” .kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dr. Ilham Tauda,SP. M.Si melalui Kepala Bidang Holtikultura Distan Maluku, Donald Lekatompessy, SP. MP di Ambon, Jumat (8/11/2024).
Menurut Lekatompessy, di hortikultura terdapat empat jenis komoditi yaitu: Sayur-sayuran, Buah-buahan, Tanaman Obat-obatan (Biofarmaka) dan Tanaman Hias (Florikultura), sehingga terkait dengan kampung hortikultura maka tentu menuju kepada pengembangan komoditi-komoditi tersebut.
Sebagai contoh, orang menyebutnya kampung cabai, kampung sayuran, kampung bawang dan sebagainya.
Pogram kampung hortikultura di Maluku sudah jalan namun masih dalam bentuk bantuan-bantuan dari Pempus melalui APBN) untuk pengembangan, dimana tahun 2019 sampai 2023 ada bantuan berupa bibit bawang, cabai dan sebagainya untuk pengembangan kawasan – kawasan hortikultura, sementara untuk tahun 2024 ini tidak ada karena keterbatasan anggaran.
Lekatompessy mencontohkan, pengembangan kawasan bawang merah di Kabupaten Maluku Tenggara Desa/Ohoi Yafafun, Maluku Barat Daya di Lakor, dan juga pengembangan kawasan bawang merah di Maluku Tengah yang berlokasi di Kecamatan Leihitu, Amahai dan Seram Utara, bagitu pun juga dengan pengembangan cabai merah.
“Jadi bantuan-bantuan tersebut merupakan stimulan dari Pempus sebagai program strategi dan dikembangkan di daerah sesuai dengan potensi daerah tersebut dan sesuai dengan kebutuhan,” ungkapnya.
Dikatakan, selain bantuan bibit dan pupuk pemerintah juga ikut mengembangkan sarana dan prasarana pengolahan maupun pasca panen dari komoditas tersebut, dalam rangka mengantisipasi over produksi. Artinya produk berlebihan tapi serapan pasar rendah sehingga mungkin bisa diolah.
“Jadi dalam tiga tahun terakhir ini pemerintah membantu juga sarana dan prasarana pengolahan dan pasca panen dalam bentuk; untuk prasarana misalnya Bangsal Pasca Panen Hortikultura yang didalamnya terdapat alat untuk sortasi hasil, pembersihan, pengepakan, timbangan, sarana angkutan, sehingga hasilnya tidak hanya masuk di pasar tradisional namun masuk juga di Ritel-ritel, termasuk bantuan alat pengolahan untuk membuat bawang goreng, cabai bubuk dan sebagainya,” ulasnya.
Lekatompessy berharap, bantuan yang sudah diberikan oleh pemerintah tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan pendapatan petani, dan petani tidak hanya berharap kepada bantuan pemerintah namun bagaimana bisa mandiri.
Program ini diharapkan dapat mengoptimalkan pengelolaan potensi lokal dalam budidaya holtikultura, memperkuat ketahanan pangan, serta meningkatkan nilai tambah produk melalui inovasi teknologi dan pemberdayaan masyarakat.
Selain itu, program ini juga bertujuan mendorong pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan serta memperkuat jaringan pemasaran untuk memastikan produk hortikultura dapat bersaing di pasar regionald maupun internasional.