Ambon, Tribun Maluku: Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dr. Ilham Tauda, SP. M.Si melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan Distan Maluku, Anwar Wael, SP. M.Si mengatakan, kondisi persawahan pada empat sentra produksi padi di Provinsi Maluku pada musim penghujan ini ada yang terdampak banjir dan ada yang tidak terdampak banjir.
Empat sentra produksi padi itu adalah Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku Tengah (Malteng), Seram Bagian Timur (SBT) dan Kabupaten Buru.
Kepada media ini diruang kerjanya, Selasa (27/8/2024) Kabid Tanaman Pangan Distan Maluku, Anwar Wael merinci, posisi musim tanam (MT) bulan Juli 2024 di Kabupaten Seram Bagian Barat dengan luas tanam 832 Ha dan di Desa Waimital seluas 590 Ha dan yang terjadi puso seluas 2,5 Ha akibat banjir di Desa Waimital Kecamatan Kairatu, karena petani menanam padi di daerah aliran sungai (DAS).
Di Kabupaten Maluku Tengah dengan luas tanam 338 Ha di Kecamatan Seram Utara Timur Seti, yang terdampak banjir seluas 21 Ha setelah itu banjir surut lagi dan tidak terjadi puso.
Di Kabupaten Seram Bagian Timur, kata Anwar yang di dampingi stafnya Saharany Baadilla, SP. M.Si bahwa luas tanam 115 Ha di Kecamatan Bula Barat kondisinya aman dan tidak terdampak banjir karena curah hujan tidak terlalu tinggi.
Di Kabupaten Buru luas tanam 1.030 Ha di kecamatan Waiapo yang terdampak banjir seluas 280 Ha namun tidak ada puso.
Di Kecamatan Lolongguba 15 Ha, terdampak banjir 15 Ha namun tidak ada puso dan di Kecamatan Wailata 281 Ha, terdampak banjir 150 Ha dan tidak ada puso.
Dikatakan, terhadap lahan yang terdampak banjir sehingga mengalami puso maka ada beberapa langkah yang sudah dilakukan oleh Dinas Pertanian Maluku antara lain, sudah menyurati Dirjen Tanaman Pangan Kementan RI untuk meminta bantuan benih khusus untuk mengganti benih yang rusah akibat banjir yang terjadi bulan Juli kemarin.
Selain itu, Distan Maluku juga sudah menyurati Pemprov Maluku dengan maksud yang sama yaitu juga meminta bantuan untuk menggantikan benih petani yang terdampak banjir.
Terhadap usulan itu kata Anwar, hingga kini responnya belum terlihat namun demikian Distan Maluku selau berkoordinasi baik dengan Dirjen Tanaman Pangan maupun dengan Pemprov Maluku.
Anwar Wael berharap, baik Pempus maupun Pemprov Maluku bisa merealisasikan bantuan benih sehingga kebutuhan benih akibat dampak banjir bisa teratasi.
Sambil menunggu realisasi bantuan, Distan Maluku selalu melakukan sosialisasi/edukasi kepada petani yang terdampak banjir, untuk bisa memanfaatkan bantuan KUR untuk mengantisipasi masalah yang kemungkinan akan terjadi.
“Kami berharap, petani tetap giat berusaha dan tetap semangat sehingga pertanian di Maluku kedepannya lebih maju dan produksi bisa ditingkatkan.
Ditambahkan, akibat bajir maka ada beberapa irigasi yang terdampak seperti kerusakan primer dan penimbunan sedimen yang terjadi di Buru, Maluku Tengah dan di daerah sentra yang lain.
Untuk kerusakan primer akan ditangani oleh Distan Maluku, sementara terkait sedimen Distan Maluku akan berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku untuk menanganinya.
“Karena kita tidak mempunyai dana talangan untuk menangani masalah kerusakan primer pada irigasi, maka kita akan berkoordinasi dan menghimbau kepada kelompok tani (Poktan) untuk melakukan kerja bakti secara massal (Gotong royong). Sementara terkait sedimen, kita akan berkoordinasi dengan pihak BWS Maluku karena itu menjadi kewenangan mereka,” ungkap Anwar.
Persoalan banjir yang mengakibatkan terjadinya kerusakan primer pada irigasi dan terjadinya sedimentasi, tentu sangat berdampak pada produksi dan produktivitas padi dan pasti menurun.
“Karena belum selesai panen maka soal nominal penurunan produksi padi kata Anwar, belum bisa dipastikan dan waktu panen berlangsung akhir Agustus sampai awal September 2024,” tutupnya.