Edison Ritonga, S.Si. M.Si |
AMBON Tribun-Maluku.Com, Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada dibawah garis kemiskinan) di Maluku pada bulan Maret 2013 sebanyak 321.840 orang (19,49persen) dan jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2012 yang berjumlah 350.230 orang (21,78persen) berarti jumlah penduduk miskin sebanyak 28.390 orang.
Selama periode Maret 2012-Maret 2013, penduduk miskin didaerah perdesaan berkurang 18.670 orang, sementara didaerah perkotaan berkurang 9.720 orang, sehingga persentase penduduk miskin di daerah perdesaan masih cukup tinggi, yaitu sebesar 26,35 persen dibandingkan dengan daerah perkotaan mencapai 7,93 persen.
Demikian penjelasan Kepala BPS Provinsi Maluku Edison Ritonga, S.Si, M.Si kepada wartawan di Ambon (1/07)
Menurut Ritonga, peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Pada bulan Maret 2013, sumbangan Garis Kemiskinan (GK) makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 76,57 persen atau menurun sedikit dibandingkan bulan Maret 2012 sebesar 76,79 persen.
Pada periode Maret 2012-2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun, hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati GK dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil.
Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama 2004-2006 terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama periode tersebut naik, akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar GK banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.
Garis Kemiskinan didaerah perkotaan lebih tinggi dari pada perdesaan, GK diperkotaan periode Maret 2013 sebesar Rp. 315.012,- per kapita per bulan, sedangkan diperdesaan sebesar Rp. 285.967,- per kapita per bulan.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh GK, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK).
Selama Maret 2012-Maret 2013, GK naik 5,73 persen yaitu dari Rp. 280.693,- per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp. 296.778,- per kapita per bulan pada Maret 2013.
Dengan memperhatikan komponen (GK), yang terdiri atas Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), maka peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Pada bulan Maret 2013, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76,57 persen.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, namun dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Pada periode Maret 2007-Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun, Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 6,38 pada Maret 2007 menjadi 3,88 pada Maret 2013.
Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 1,84 menjadi 1,16 pada periode yang sama dan penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.(02TM)