AMBON Tribun-Maluku.com- Ibu Juliati (Keti) Wargono (56) warga RT 001/RW 01 Dususn Air Salak Desa Waiheru Kecamatan Teluk Ambon Baguala (TAB) Kota Ambon, sudah lama menjadi Ketua Petugas Penyuluh Keluarga Berencana Desa (PPKBD) di Desa Waiheru.
Ibu dua anak ini senang bahkan selalu aktif di pekerjaan kemanusiaan ini meskipun tidak di gaji. Dalam melaksanakan tugas sebagai Ketua PPKBD, ada suka duka yang dialami Ibu Keti.
Ibu Keti sering mendapat ocehan dari ibu-ibu di Dusun Air Salak, saat mengajak mereka untuk ikut program KB. “Kami tidak mau ikut KB karena ibu kader tidak memberikan kami makan,”kata Juliati Wargono saat ditemui wartawan Tribun Maluku.com (Ibek) di rumahnya, Sabtu (13/10/2018) mengenang apa yang dirasakannya saat melaksanakan tugas sebagai PPKBD.
Dengan sabar, ibu Keti menghadapi perilaku ibu-ibu di Dusun Air Salak sampai pencanangan Kampung KB tanggal 22 Agustus 2017 lalu di Dusun Air Salak oleh Sekretaris Kota Ambon, A.G Latuheru, SH. MH.
Kini jumlah peserta KB dengan menggunakan alat kontrasepsi (Alkon) di Kampung KB Air Salak mulai meningkat yakni Suntik 30 orang, Pil 5 orang dan Implan 45 orang.
“Setelah ada Kampung KB, ibu-ibu di Dusun Air Salak dengan sendirinya mendatangi kader PPKB, bahkan langsung ke Balai Penyuluhan KB Kec. TAB untuk mendapat pelayanan KB. Sedangkan sebelum ada Kampung KB jumlah ibu-ibu yang ingin ber-KB sangat sedikit bahkan hampir tidak ada,”jelasnya.
Ditempat terpisah Ibu Stien Pollatu, Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang mempunyai wilayah binaan Desa Waiheru, Nania dan Negeri Lama menuturkan, meningkatnya kepesertaan KB di Dusun Air Salak merupakan kerja sama yang baik antara Balai Penyuluhan KB Kec. TAB dengan dibantu oleh kader PPKBD Sub PPKBD dan Pos Pembina Desa Waiheru, serta staceholder lainnya.
Tujuannya untuk membina dan meningkatkan peran aktif ibu-ibu dalam ber-KB.
Kebanyakan pasangan usia subur (PUS) peserta KB menggunakan alkon Suntik, Pil dan Implan, dan belum ada KB pria. Sebelum dilakukan pelayanan kesehatan dan KB, awalnya dilakukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) kepada PUS.
Hasil dari KIE, terjadi perubahan pola pikir dan perilaku PUS. KIE dilakukan pada saat pendataan keluarga, Posyandu dan kunjungan ke rumah.
Kini sudah dibentuk kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) dan secepatnya akan dibentuk pula kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R).
Menurut Pollatu, dengan terjadinya perubahan pola pikir dan perilaku PUS untuk ber-KB, maka budaya banyak anak banyak rejeki bisa terbantahkan.
Kepala Desa Waiheru, Usaman Elly, SP mengatakan, tujuan dicanangkannya Kampung KB di Dusun Air Salak karena tingkat kelahiran bayi cukup tinggi, termasuk wilayah pinggiran/perbatasan dengan Desa Nania dan Dusun Air Salak kurang mendapat perhatian dari pemerintah desa sebelumnya.
Jumlah penduduk di Kampung KB RW 01/RT,001, 002 dan 032 adalah untuk Kepala keluarga (KK) sebanyak 300, dan jumlah jiwa 1000 lebih.
Intervensi program di Kampung KB dari instansi terkait masing-masing: pembangunan talud penahan sungai 750 meter dari taget 1.400 meter oleh Dinas PUPR Provinsi Maluku dan Kota Ambon,
Dengan Dana Desa (DD) dibuat MCK (mandi cuci kakus), rehab dan bangun baru jalan setapak sepanjang 2000 meter, Drainase 500 meter, pembangunan gedung Serba Guna dan Pos Yandu 1 unit.
Termasuk program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) 15 unit dari Kementerian PUPR, sedangkan di Desa Waiheru sebanyak 70 unit, serta Air bersih dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku.
“Dengan adanya Kampung KB masyarakat, tokoh agama, ketua RT/RW, tokoh masyaakat, sangat berterima kasih dan mendukung program-program pemerintah,”ucap Kades sembari berharap, pogram Kampung KB harus terus dikembangkan dan dipertahankan dengan adanya intervensi program dari instansi terkait,”katanya.(TM02)