Langgur, Tribun-Maluku.com : Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Yuyu Sutisna bersama rombongan melakukan kunjungan kerja (Kunker) di Kabupaten Maluku Tenggara Langgur, Selasa (11/6/2019).
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Yuyu Sutisna bersama rombongan ke Maluku Tenggara dalam rangka kunjungan kerja pada TNI Angkatan Udara Lanud Dominicus Dumatubun Langgur.
Menurut Marsekal Yuyu Sutisna, Lanud Dominicus Dumatubun Langgur memiliki posisi strategis untuk pertahanan di wilaya timur Indonesia.
Saat acara makan siang bersama Pemkab Maluku Tenggara dan Kota Tual serta TNI Polri di daerah itu, Yuyu Sutisna mengatakan, Lanud Dumatubun merupakan salah satu tempat yang menjadi rangkaian kunjungan kerjanya selama tiga hari di wilaya timur Indonesia.
Termasuk beberapa tempat yang akan dikunjungi lagi seperti Biak, Morotai, Kendari, dan Makassar.
Semua rangkaian kegiatan kunjungan kerja ini dalam rangka menindaklanjuti pembangunan konsep pertahanan di wilaya timur di Indonesia, khusus untuk Angkatan Udara dibangun Korps AU 111Â begitupun Angkatan Laut membangun Armada Laut 111 dan begitupun Angkatan Darat.
“Untuk menindaklanjuti itu kami akan menempatkan satu skuadron pesawat angkut dalam hal ini TN 235 yang akan ditempatkan di Biak,” ucapnya.
“Kemudian kami akan meresmikan satu skuadron Herkules di Makassar dan juga sekarang sedang membangun Markas Korps AU 111 di Biak,” tambahnya.
Dikatakan, Lanud Dumatubun Langgur dinyatakan strategis itu dibuktikan pada saat perebutan Irian Barat melalui Operasi Trikora, dimana Lanud ini dijadikan tempat untuk mendukung operasi tersebut.
Pembangunan pertahanan ada skala prioritas, sehingga untuk Lanud Dumatubun Langgur belum dilaksanakan pada renstra terkini.
TNI sekarang lagi membangun lima pangkalan dengen prioritas dan terintegritas yaitu di Natuna, Saumlaki, Biak, dan Morotai.
Diharapkan kerjasama antara Angkatan Udara dan Pemda Malra terus berjalan dan Pemda memanfaatkan apa yang bisa dimanfaatkan, sehingga ada sinergitas yang baik antara keduanya.
Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hanubun mengatakan, Kepulauan Kei tidak bisa dilepas dari lembaran sejarah RI khusus Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat pada tahun 1962.
Dimana Kepulauan Kei yang terletak diantara Laut Arafura dengan Laut Banda dan berhadapan langsung dengan Australia, dijadikan basis keluar pertahanan dalam opersi tersebut.
Menurutnya, pada saat itu mampu mengoperasikan dua bandara penting yaitu bandara Letvuan dan Lanud Dumatubun.
“Kepulauan Kei dengan latar belakang sejarahnya dan strategis, maka daerah ini patut untuk diperhatikan, patut diapresiasi dan diberi perhatian akan posisinya dalam geografis dan geopolitik pada berbagai kebijakan regulasi,” harapnya.