Langgur, Tribun Maluku.com – Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) Nurjanah Yunus mengungkapkan, kerajinan tangan khas daerah Kei menjadi tujuan akhir para turis.
Untuk itu, ketersedian kerajinan tangan hkas Kei yang dikemas dalam bentuk oleh-oleh bagi wisatawan domestik maupun mancanegara tersebut, menjadi salah satu perhatian serius Dinas Periwisata Malra.
“Selain destinasi, atraksi, tarian dan makanan olahan, hasil kerajinan tangan (oleh-oleh) menjadi tujuan para turis saat berkunjung ke kepulauan Kei khususnya di Malra,” kata Nurjanah Yunus di Langgur, Kamis (11/8/2022).
Menurutnya, ketersediaan kerajinan tangan memiliki peran penting dalam memperkenalkan kekhasan daerah Kei.
“Kerajinan tangan khas Kei ini juga dapat menjadi salah satu sumber pendapatan bagi pelaku usaha,” ujarnya.
Untuk mendukung pelaku usaha terkait hal tersebut, pihaknya terus melakukan kampanye pariwisata melalui pelatihan-pelatihan tentang cara memproduksi oleh-oleh kerajinan tangan.
Kerajinan tangan dimaksud, lanjut Kadis yang akrab disapa Ana Yunus, dihasilkan dari berbagai macam bahan termasuk didalamnya kerajinan tangan dari bahan sisik ikan.
Pelatihan-pelatihan tersebut telah dilakukan Dispar Malra beberapa waktu lalu yang melibatkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), pelaku usaha pariwisata, hingga siswa dan mahasiswa dalam rangka mempersiapkan SDM pariwisata yang unggul dan profesional.
“Dalam bulan ini, Dispar Malra menggelar tiga pelatihan sekaligus dalam waktu yang berdekatan, yaitu pelatihan dasar SDM kepariwisataan bagi masyarakat, guru, dan pelajar.
Kemudian pengembangan kompetensi sumber daya manusia pariwisata dan ekonomi kreatif tingkat dasar, serta pelatihan peningkatan SDM pelaku usaha pariwisata,” ungkap Ana Yunus.
Ia mencontohkan, pada pelatihan pengembangan kompetensi sumber daya manusia pariwisata dan ekonomi kreatif tingkat dasar yang digelar pekan lalu, para peserta diajarkan tentang cara membuat kerajinan tangan menggunakan bahan lokal yang mudah didapat dan murah.
Selain itu, mereka juga diajarkan cara memasarkan produk hingga manajemen keuangan.
Ana Yunus menjelaskan, pihaknya akan terus memantau perkembangan peserta yang dilatih, kemudian menilai dan mengketegorikan peserta berdasarkan perangkingan.
Perangkingan dimaksudkan untuk membedakan jenis pelatihan dan pendampingan yang akan diberikan kedepan.
“Jadi, peserta yang naik kelas dikategorikan sebagai peserta advance, mendapat pelatihan tingkat atas. Sedangkan peserta yang tinggal kelas akan diberikan pelatihan yang disesuaikan dengan kondisi peserta,” terangnya.
Diakuinya, ketersediaan dan keberagaman oleh-oleh di Malra belum banyak. Bahkan belum ada oleh-oleh yang menjadi ikon pariwisata setempat.
“Wisatawan ketika mereka datang, bukan hanya melihat pantai. Karena saat pulang ke negaranya, mereka harus bawa oleh-oleh. Ini yang belum tersedia (secara jumlah dan keragaman) disini,” beber Ana Yunus.
Olehnya itu, Dispar akan membentuk kelompok binaan yang khusus memproduksi oleh-oleh.
Anggota kelompok ini berasal dari peserta yang ikut pelatihan-pelatihan, sehingga hasil produksi dari kelompok binaan akan dipasarkan di berbagai tempat misalnya galeri-galeri (outlet), termasuk Kantor Dekranasda Malra.
“Kami di Dispar juga memberikan apresiasi kepada Ibu Ketua PKK Malra ibu Eva Eliya Hanubun, karena Dekranasda berjalan sudah sangat baik. Mudah-mudahan binaan kami bisa berpartisipasi, menyumbang hasil produksi kami di Dekranasda,” pungkas Ana Yunus.