Ambon, Tribun Maluku: Sejak bulan Januari sampai akhir Agustus tahun 2024 kondisi hujan cukup tinggi untuk wilayah Kota Ambon dan beberapa sentra pangan di Provinsi Maluku seperti Kabupaten Buru, Seram Bagian Barat (SBB), Maluku Tengah (Malteng) dan Seram Bagian Timur (SBT).
Kondisi cuaca ini tidak sampai menimbulkan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau gagal panen.
Puso ini adalah kondisi yang merugikan bagi petani,” kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku Dr. Ilham Tauda, SP. M.Si melalui Kepala UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP) Distan Maluku, Jufri Mulyadi Ohoirat, S.Pt di Ambon, Senin (9/9/2024).
Menurut , Jufri Ohoirat, dikatakan puso apabila petani mengalami kegagalan panen total atau hampir total.
Di dalam perhitungan Petugas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) di lapangan kegagalan total atau kegagalan panen diatas 75 persen dengan beberapa penyebab.
Penyebab terjadinya puso kata Jufri adalah: adanya Bencana Alam seperti banjir, kekeringan, dan angin kencang terutama pada padi sawah sangat rentan, termasuk Serangan Hama dan penyakit tanaman yang parah dan kondisi Cuaca ekstrim.
Sesuai laporan POPT di Seram Bagian Barat bahwa karena terjadi kondisi ekstrim maka terjadi/muncul serangan hama penyakit seperti WBC (Wereng Batang Coklat).
“Namun itu tidak sampai menimbulkan gagal panen (puso) yang dikhawatirkan sehingga masih aman karena petani juga masih panen,” ucap Jufri.
Kemudian Kekurangan nutrisi tanah, karena kondisi tanah yang haranya kurang sehingga penyerapan dari tanah ke tanaman tidak ada sehingga bisa juga menyebabkan puso.
Dikatakan, kebanyakan metode pertanian yang dlaksanakan oleh petani di sentra pangan masih menggunakan metode konfensional untuk mengatasi masalah OPT, dan penggunaan pestisida yang berlebihan itu sangat merugikan.
Untuk mempertahankan kondisi tanah agar tetap lestari dan menuju pertanian yang berkenajutan sangat sulit, karena mind set berpikir dari petani sulit di rubah.
Oleh karena itu, UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan melalui POPT tetap bersemangat dalam menjalankan tugas dan memberikan pengetahuan/pemahaman kepada petani, membantu petani untuk bisa menerapkan atau menggunakan pestisidan organik.
Tujuannya adalah bisa menekan biaya produksi, hasil produksi petani bisa meningkat, walaupun secara konfensional penggunaan pestisida kimia masih ada.
“Kami memang tidak mengharapkan untuk penggunaan pestisida kimia, itu tetap digunakan ketika sudah fase tertentu tindakan yang dilakukan dengan menggunakan yang alami tidak bisa jalan, maka tetap kami menginstruksikan untuk memakai pestisida kimia dalam batas-batas control sesuai pengawasan dari POPT di lapangan,” ulas Jufri.
Untuk itu, sebagai Kepala UPTP BPTPHP Jufri Ohoirat menghimbah kepada para petani di sentra pangan untuk selalu berkoordinasi dengan POPT, PPL sehingga ada penjelasan tentang teknologi baru, inovasi baru yang bisa membantu petani sendiri.
Sehingga harapan bersama bahwa dengan penggunaan inovasi atau teknologi yang ramah lingkungan bisa menekan biaya produksi yang hampir mencapai 70 persen bisa berjalan dengan baik.