Jakarta, Tribun Maluku : Suasana ruang rapat Komisi V DPR RI mendadak hening saat layar besar menayangkan video dari pelosok Maluku. Bukan tontonan biasa, tapi potret luka yang selama ini tersembunyi, jalan berlumpur, sungai deras yang harus dilintasi anak-anak sekolah, dan desa-desa yang belum pernah merasakan nikmatnya infrastruktur layak, sejak masa penjajahan hingga hari ini.
Video tersebut dibawa langsung oleh Anggota DPR RI Dapil Maluku, Saadiah Uluputty, dalam rapat kerja dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Kamis (10/7). Di tengah tumpukan dokumen dan agenda birokrasi, Uluputty memilih menyuarakan jeritan rakyat melalui gambar yang berbicara lebih lantang dari kata-kata.
“Ini bukan sekadar dokumentasi. Ini surat cinta dari rakyat. Titipan amanah yang harus saya sampaikan. Ini adalah lidah penderitaan dari kecamatan Batabual Kabupaten Pulau Buru, Kecamatan Kelimuri, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kecamatan Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat yang hingga kini belum mencicipi kue-kue pembangunan negeri ini,” ujar Uluputty, penuh emosi.
Dalam pernyataannya, Uluputty menegaskan pentingnya peran Kementerian PU sebagai tulang punggung pembangunan nasional. “Hampir semua Asta Cita Presiden Prabowo bertaut dengan kementerian ini. Maka pembangunan di daerah terluar dan tertinggal harus menjadi prioritas, bukan sisipan,” ucapnya lantang dari balik mikrofon.
Ia menyoroti fakta menyakitkan: kekayaan alam yang melimpah tak mampu diolah karena akses jalan tak memadai. “Tanpa infrastruktur, daerah yang kaya bisa jadi miskin. Bahkan ekstrem miskin. Itulah yang kami alami di Maluku,” katanya sambil menghela napas.
Uluputty mengaku membawa harapan dari seluruh kepala daerah di Maluku. Ia menyebut dirinya seperti malaikat pembawa pesan. Namun, dengan getir ia bertanya, “Apakah saya membawa kabar gembira atau justru menjadi malaikat pencabut harapan?”
Ia menceritakan kondisi ekstrem di Kecamatan Batabual, di mana hingga kini anak-anak harus menyebrangi sungai deras demi bisa sekolah. “Sementara saya, bisa berkantor di Senayan dengan mobil melewati aspal mulus. Tapi hati saya tetap tertinggal di jalan-jalan rusak Maluku,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Dalam forum itu, Uluputty menyerahkan proposal yang dititipkan oleh para bupati dan wali kota di Maluku kepada Menteri PU. Ia berharap dari lonjakan anggaran kementerian PU dari Rp. 25 Triliun yang kini mencapai lebih dari Rp 80 triliun, ada porsi yang adil untuk wilayah Timur Indonesia.
“Kami tidak sedang mengejar angka-angka di kertas. Kami mengejar rasa keadilan. Jika sila kelima Pancasila adalah Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, maka inilah saatnya sila itu hadir nyata di Maluku,” tegasnya.
Video berdurasi tujuh menit itu hanya sempat ditayangkan singkat karena keterbatasan waktu rapat. Namun bagi Uluputty, itu sudah cukup untuk mengguncang ruang rapat dan membuka mata mereka yang duduk di pusat kekuasaan.
“Andai waktu tak terbatas, saya ingin bercerita lebih banyak. Tentang mahasiswa yang turun ke jalan, tentang ibu-ibu yang berjalan kaki berjam-jam demi pelayanan kesehatan, dan tentang anak-anak yang bermimpi bisa melewati jembatan yang tak pernah dibangun,” katanya lirih.
Menutup pernyataannya, Uluputty meminta doa seluruh masyarakat Maluku agar perjuangan ini tak berakhir sia-sia.
“Semua proposal sudah saya serahkan. Sekarang tinggal menunggu: apakah keadilan benar-benar punya alamat di Timur Indonesia?” tutupnya.






