AMBON Tribun Maluku.com- Majelis Perkerja Klasis Kota Ambon, yang diwakili oleh Sekretaris Bidang Pemberitaan Injil dan Pelayanan Kasih, Pendeta Rony Likumahua, membuka dengan resmi Sidang Ke-35 Jemaat GPM Bethabara Klasis Kota Ambon, Minggu (11/2/2018) yang ditandai dengan pemukulan Tifa.
Sidang ke-35 Jemaat GPM Bethabara berlangsung di bawah sorotan tema “Allah Kehidupan, Tuntunlah Kami Membela dan Merawat Kehidupan”, sedangkan sub tema “Bersama-sama Mengadvokasi Hidup Manusia dan Alam Untuk hidup yang Bermutu”.
Sidang yang berlangsung di Gedung Gereja Bethabara dihadiri oleh Sekretaris Kecamatan Sirimau Fenly Masaloi, Ketua Majelis Jemaat Bethabara Pendeta Lou Mustamu, perwakilan dari negeri, serta 51 orang peserta sidang yang terdiri dari 25 peserta biasa dan 26 peserta luar biasa.
Likumahua dalam arahannya mengharapkan, Sidang Jemaat Berhabara ke-35 ini dapat menghasilan program kerja yang bermutu, yang berdampak baik untuk kemajuan Gereja dan meningkatkan keimanan setiap umat.
Untuk itu, program-program yang dilahirkan dari Sidang Jemaat ke-35 ini harus dirancang dengan baik dan bertanggungjawab berbasis renstra.
Dua hal yang disoroti oleh Pendeta Likumahua adalah, penggunaan media sosial yang selama ini telah berdampak buruk, mulai anak remaja hingga orang tua. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kasus yang terjadi seperti miras, narkoba, kekerasan, pelecahan seksual dan penyakit sosial lainnya.
Tak hanya itu, dirinya mengingatkan warga Gereja untuk memahami fenomena alam diantaranya gempa bumi, banjir dan longsor.
Dikatakan, problematika kehidupan masyarakat adalah problemenatika bersama sebagai warga GPM, dimana Gereja turut bekerja bersama–sama dengan jemaat untuk mengatasi semua persoalan dimaksud.
Sementara itu, Camat Nusaniwe yang diwakili oleh Sekretaris Camat Fenly Masaloi dalam sambutannya mengatakan, persidangan jemaat merupakan lembaga tertinggi di tingkat jemaat, yang menampung berbagai aspirasi jemaat dalam rangka pengambilan keputusan strategis guna menata pelayanan selama satu tahun ke depan.
Persidangan Jemaat dalam tugas untuk mengevaluasi program/kegiatan dan keuangan, membahas rancangan pelayanan untuk tahun yang baru, serta membicarakan masalah ketentuan yang relevan.
“Persidangan ini harus dapat menghasilkan keputusan-keputusan strategis guna menyikapi perkembangan pelayanan dan kesaksian, sebagai respon iman terhadap realitas yang berkembang dalam jemaat,”pintanya.
Ketua Majelis Jemaat GPM Bethabara, Pendeta Lou Mustamu mengatakan, persidangan ini akan menampilkan sosok yang lebih kreatif, produktif dan lebih fungsional.
Persidangan Jemaat harus dijadikan proses kreatif pembinaan kapasitas umat, pelayan, lembaga, harus menjadi proses berpikir yang kreatif untuk masa depan Gereja dan Jemaat di Bethabara.
Sebelum persidangan jemaat dimulai, diawali dengan ibadah Minggu yang dipimpin oleh Pendeta Lourens. Pembacaan Alkitab dari Markus pasal 8 ayat 31 sampai 36 dan Yesaya pasal 42 ayat 1 sampai 4.
Dalam refleksinya, Pendeta Lourens mengatakan, Persidangan Jemaat yang diselenggarakan saat ini dalam spirit atau semangat kehambaan. Yaitu, taat pada Tuhan dan berkenaan kepada Allah.
“Mari kita sungguh-sungguh dalam ketaatan mau melakukan kehendak Tuhan. Karena itu, Sidang Jemaat GPM Bethabara tidak sekedar dilihat dari kelembagaan tetapi kehendak Tuhan, untuk memuliakan nama Allah,”pintanya.(TM)