Ambon, Tribun-Maluku.com : Kepala LIPI, Prof. Lukman Hakim mengatakan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kembali penelitian di wilayah Maluku, LIPI meningkatkan status eselonisasi UPT Balai Konservasi Biota Laut (BKBL) Ambon menjadi Pusat Penelitian Laut Dalam yang akan diresmikan besok.
“Saat ini, upaya penambahan sumber daya manusia termasuk di dalamnya tenaga peneliti dan tenaga administrasi, pembenahan sarana dan prasarana serta dilaksanakannya beragam program penelitian sedang giat dilaksanakan,” Jelas Lukman dalam siaran pers yang diterima Tribun-Maluku.com, Senin (12/5).
Dijelaskan, Perairan di kawasan timur Indonesia, khususnya Maluku dan sekitarnya merupakan bagian dari pusat keragaman hayati laut yang tertinggi di dunia. Sejak tahun 1960-an, pemerintah Indonesia menaruh perhatian terhadap pembangunan kelautan dan percepatan pembangunan di kawasan timur Indonesia.
“Dalam 10 tahun terakhir telah terjadi perubahan mendasar untuk menggiatkan kembali kegiatan penelitian di wilayah Maluku dan sekitarnya yang sempat terhenti karena tragedi kemanusiaan di Ambon,” ungkap Lukman.
Untuk itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan upaya reorganisasi, dan salah satu unit kerja yang ditingkatkan status eselonisasinya adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Konservasi Biota Laut Ambon menjadi Pusat Penelitian Laut Dalam pada Selasa, 13 Mei 2014.
Sedangkan Kepala UPT BKBL LIPI Ambon, Dr. Augy Syahalaitua menambahkan bahwa beberapa alasan yang mendorong LIPI melakukan peningkatan Eselon UPT LIPI Ambon yaitu perairan Maluku itu sendiri dan Pondasi Dasar Ilmu Kelautan di Indonesia. Ambon memiliki rahasia kekayaan biota laut yang menjadi daya tarik ilmiah.
“Perairan Ambon dan Maluku telah menyumbang koleksi ilmiah dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pengetahuan kelautan dunia,” jelas Augy.
Kawasan timur Indonesia didominasi oleh lautan yang luas dan dalam (jeluk). Selain pemanfaatan sumberdaya non-hayati yang tersimpan di dasar laut-laut jeluk yang belum maksimal, sumberdaya alam yang tersembunyi di bawah dasar laut tersebut juga masih belum tersentuh.
Disamping itu, komitmen pemerintah untuk mempercepat pembangunan di kawasan timur Indonesia juga mempengaruhi peningkatan eselon UPT BKBL LIPI Ambon.
Untuk Diketahui sebelum menjadi Pusat penelitian laut dalam, UPT BKBL ini melalui perjalanan panjang . Diawali ketika mantan presiden Soekarno mencanangkan Ambon sebagai tempat yang tepat untuk membangun Institut Oseanografi terbesar di Asia Tenggara (Institut Teknologi Ambon) yang pada saat itu mendapat bantuan dari Rusia. Namun pembangunan ini terhenti karena peristiwa G-30S PKI.
LIPI membangun Stasiun Penelitian Ambon (SPA) pada tahun 1971 yang kemudian tumbuh cukup pesat, baik fisik, sumberdaya manusia, kelembagaan maupun program penelitian dan menjadi Balai Penelitian Sumberdaya Laut setingkat Eselon III dibawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI sampai dengan tahun 1998.
Namun karena tragedi kemanusiaan yang terjadi di Ambon pada tahun 1999, banyak peneliti dan tenaga penunjang yang meninggalkan daerah tersebut. Untuk sementara waktu LIPI melakukan tindakan penyesuaian dengan mengubah status Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut menjadi UPT Balai Konservasi Biota Laut.