Saumlaki, Tribun-Maluku.com : Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) saat ini gencar melakukan berbagai strategi untuk kembali meningkatkan produktivitas rumput laut yang merosot beberapa tahun terakhir.
“Rumput laut ini oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dikembangkan dalam sebuah akronim yang disebut Gebrak atau gerakan bersama rakyat menanam rumput laut,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan MTB, Venantius Batlayeri di Saumlaki, ibu kota MTB, Rabu (30/11).
Ia mengatakan, rumput laut di kabupaten itu dikembangkan sejak tahun 2006 dan sempat mencapai puncak produksi dengan harga sangat ekonomis, namun dalam dua tahun terakhir ini menurun.
Penurunan produksi itu disebabkan beberapa faktor, di antaranya serangan hama jenis ice-ice yang tidak ditangani secara baik sehingga pembudidaya kurang bersemangat.
“Ice-ice ini banyak menyerang rumput laut, ditandai dengan timbulnya bintik atau bercak putih pada sebagaian thalus yang lama kelamaan membuatnya kehilangan warna, menjadi putih dan akhirnya terputus,” kata Venantius.
Penyakit tersebut timbul akibat mikroba yang menyerang rumput laut yang lemah.
Venantius mengakui, sejak dilantik sebagai Kadis DKP beberapa bulan lalu, dirinya melakukan pertemuan dengan para pembudidaya rumput laut, guna melihat dan mendengar secara langsung realita di lapangan dan keluhan mereka.
Dari aksi turun ke lapangan, diperoleh kesimpulan serangan hama ice-ice itu tidak akan terjadi jika para pembudidaya rumput laut mengelola usahanya secara serius.
Para petani, kata dia, lupa pada syarat-syarat budidaya rumput laut termasuk dalam hal membeli bibit.
“Banyak petani yang karena usahanya sudah berkembang, lalu tidak menyortir stake yang dipakai sebagai bibit. Stake yang sudah tua kalau tidak dipotong dan dibuang akan mudah terserang hama,” katanya.
Venantius mengakui, persoalan tersebut juga akibat dari kurang maksimalnya pengawasan dan pembinaan kepada para pembudidaya atau petani rumput laut. Seharusnya, para pendamping dari DKP terus menerus memberikan pemahaman dan pembinaan kepada mereka.
Ia lebih jauh menyatakan pihaknya dalam waktu dekat akan menerjunkan tenaga pendamping ke desa-desa, dan pemerintah kabupaten akan mengambil peran sebagai pembeli produksi rumput laut masyarakat di daerah itu, dengan cara menggandeng para pembeli dari Surabaya, Jawa Timur.
“Ini agar para pembudidaya kembali bergairah. Kita juga akan intesifkan kebun bibit yang baik bagi mereka,” katanya.
“Saya optimis, jika strategi ini dilakukan maka pasti ada peluang bagi para pembudidaya rumput laut untuk meningkatkan produksinya sehingga pendapatan keluarga mereka pun meningkat seperti dulu, bahkan ada yang mencapai ratusan juta rupiah. Ini tentu juga berdampak positif bagi PAD kita,” tambahnya.