Ambon, Tribun-Maluku.com : Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku mencatat tingkat pengangguran terbuka di Maluku pada Agustus 2019 menempati peringkat ketiga secara nasional yaitu sebesar 7,08 persen atau mengalami penurunan dibandingkan periode sama 2018 sebesar 0,58 persen.
Tiga provinsi yang mempunyai tingkat pengangguran terbuka paling tinggi diatas rata-rata nasional adalah Banten sebesar 8,11 persen, Jawa Barat 7,99 persen dan Maluku 7,08 persen.
Kepala BPS Maluku, Dumangar Hutauruk di Ambon, Rabu (6/11/2019) mengatakan jumlah pengangguran pada Agustus 2019 di Maluku tercatat sebanyak 54.575 orang mengalami penurunan sebanyak 316 orang atau sebesar 0,58 persen dibanding keadaan Agustus 2018 yang tercatat sebanyak 54.891 orang.
“Dengan demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka Maluku mengalami penurunan dari 7,27 persen pada Agustus 2018 menjadi 7,08 persen pada Agustus 2019,” katanya.
Dilihat dari tingkat pendidikan pada Agustus 2019, Tingkat Pengangguran Terbuka Maluku untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 11,75 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 10,61 persen.
Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMA dan SMK. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu 1,51 persen.
Dijelaskan lebih lanjut, jumlah angkatan kerja di Maluku pada 2019 tercatat sebanyak 770.386 orang, bertambah sebanyak 15.352 orang atau terjadi peningkatan angkatan kerja sebesar 2,03 persen.
Sementara jumlah penduduk yang bekerja di Maluku pada Agustus 2019 sebanyak 715.811 orang, bertambah sebanyak 15.668 orang dibanding keadaan Agustus 2018 yang tercatat sebanyak 700.143 orang.
“Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jumlah orang yang bekerja dalam satu tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 2,24 persen,” ucap Dumangar.
Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2019, penduduk Maluku paling banyak bekerja pada Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, yaitu sebanyak 246.809 orang (34,48 persen).
Disusul oleh Kategori Administrasi Pemerintahan dan Jasa, dan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum masing-masing sebanyak 164.263 orang (22,95 persen) dan 121.691 orang (17,00 persen).
Sementara status pekerjaan utama terbanyak di Maluku sebagai Buruh/Karyawan/Pegawai (36,43 persen). Diikuti status Berusaha sendiri (27,70 persen), Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (14,94 persen) dan Pekerja Keluarga (14,60 persen).
Untuk penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar 1,92 persen.
Dumangar menambahkan dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja dengan status berusaha sendiri meningkat dari 27,58 persen menjadi 27,70 persen. Peningkatan juga terjadi pada status buruh/karyawan. Sedangkan untuk status pekerjaan yang lain mengalami penurunan.
Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2019, lanjut dia, masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SMP ke bawah sebanyak 323.445 orang (45,19 persen).
Sedangkan penduduk bekerja berpendidikan menengah (SMA sederajat) sebanyak 257.724 (36,00 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 134.642 orang (18,81 persen).
Sebelumnya tingkat pengangguran terbuka di Maluku pada Februari 2019, juga menempati peringkat ketiga secara nasional yaitu sebesar 6,91 persen. (baca : Tingkat Pengangguran di Maluku Tertinggi Ketiga Se-Indonesia)