Ambon, Tribun-Maluku.Com: Mantan kader Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Maluku, Collin Leppuy menyayangkan tindakan pemecatan Murad Ismail dari jabatan Ketua Umum DPD PDI Perjuangan Maluku.
Menurutnya, langkah Ketum PDIP, Megawati Soekarno Putri mencopot Gubernur Murad Ismail sebagai Ketua DPD PDIP Maluku adalah kesalahan fatal dan mimpi buruk bagi PDIP di Maluku sendiri.
“Dengan kata lain, keputusan politik yang diambil megawati ini sama saja menginginkan agar PDIP mengulang kembali sejarah kekalahan mereka di tahun 2013 lalu,” ungkap Leppuy kepada media ini, Jumat (5/5/2023).
Ia menuturkan, Tahun 2013 itu saya masih aktif sebagai kader PDIP yang bertugas di Badan Saksi Pemilu Nasional (BSPN) PDIP Maluku dan saya menjadi salah satu saksi hidup yang menyaksikan secara dekat kekalahan telak PDIP dari pasangan Setia yang diusung Golkar itu. Bahkan Pasangan Mandat yang diusung PDIP tidak lolos putaran kedua.
“Yang lolos ke putaran kedua adalah pasangan Damai yang diusung partai-partai non seat. Jika dikalkulasi, perolehan suara mandat saat itu hanya 189.071 suara, sedangkan pasangan Damai diurutan kedua dengan 192.587 suara dan pasangan Setia sebagai pemenang dengan 194.580 suara.”rincinya.
Lanjutnya, kekalahan telak PDIP ini boleh dikata sebagai trauma politik akut bagi partai moncong putih itu. Pada 2018 lalu PDIP berhasil memenangkan kontestasi Pilkada Maluku karena saat itu calonnya adalah pak Murad Ismail, dimana semua orang tahu beliau adalah mantan Kakor Brimob di Mabes Polri yang memiliki pengaruh besar di jajaran elit nasional makanya tak heran ketika itu beliau diusung 8 partai Politik termasuk PDIP.
“Saya tahu sendiri saat itu sumberdaya politik pak Murad Ismail sangat besar sekali sehingga pada Pilkada 2018 itu beliau berhasil mencetak sejarah baru dalam percaturan politik Maluku yaitu dengan mengalahkan petahana Said Assagaff yang diusung Golkar dan koalisinya dengan perolehan suara 328.982 dan unggul di 6 Kabupaten yaitu Malteng, SBB, Buru, Bursel, Aru, MBD. Bukan saja torehan sejarah mengalahkan petahana yang beliau ciptakan, tapi hal yang menakjubkan adalah pak Murad Ismail berhasil menghapus label PDIP sebagai partai kristen di Maluku karena saat itu Pasangan Murad Ismail dan Barnabas Orno yaang diusung PDIP itu memperoleh dukungan suara signifikan di kantong-kantong Muslim.”jelasnya.
Selain itu, pada Pilkada Serentak 2020 dimana pak Murad Ismail sudah menjabat Ketua DPD PIDP Maluku, saat itu ada 4 Kabupaten di Maluku yang melaksanakan Pilkada, yaitu Kab. Kep. Aru, Kab. MBD, Bursel dan Kab. SBT. Dan ditangan Murad Ismail lah, PDIP memenangkan pertarungan di 3 Kabupaten yaitu Aru, MBD dan Bursel.
Jika dibuat peta komparasi, pada saat PDIP Maluku dipimpin bung Edwin Huwae, pada Pilkada serentak 2015, dari 4 daerah yang melaksanakan pilkada serentak yaitu Aru, SBT, Malra dan Bursel, PDIP hanya menang di Bursel dan MBD. Jadi pada Pilkada serentak tahun 2020, pak Murad Ismail menambahkan satu kemenangan bagi PDIP yaitu di Kepulauan Aru dengan mengusung pasangan Join dimana wakil Bupatinya adalah figur PDIP.
“Dengan melihat pemetaan Politik seperti ini, jelas sekali keputusan megawati mencopot pak Murad Ismail adalah mimpi buruk bagi PDIP Maluku di tahun politik 2024 mendatang. Sebab hasrat sebuah partai politik adalah mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan politik. Dan pak Murad Ismail berhasil memenuhi ceruk hasrat politik PDIP itu,”katanya.
Ungkap Leppuy, bukan PDIP yang membesarkan Murad Ismail tapi justru sebaliknya, Murad Ismail lah yang membesarkan PDIP di Maluku. Dan logika ini jangan dibalik-balik. Ini fakta politik yang sudah menjadi rahasia umum.
Lebih lanjut Colin menjelaskan, publik Maluku harus mencerna secara bijak ikhwal pencopotan pak Murad Ismail sebagai Ketua DPD PDIP Maluku ini.
“Sebab bagi saya, ini sebuah tidakan penzoliman politik kepada pak Murad Ismail yang sungguh-sungguh ingin membesarkan PDIP di Maluku bahkan mencita-citakan PDIP 2 kursi di DPR-RI dari Maluku,”terangya.
Namun sayang, hanya untuk memenuhi syahwat politik segelintir elit PDIP, pak Murad Ismail yang sudah berdarah-darah membesarkan PDIP di Maluku termasuk turun tangan memperbaiki gedung Sekretariat PDIP Maluku di Karang Panjang yang tak kunjung direnovasi elit-elit PDIP Maluku akhirnya dicopot dari posisi beliau sebagai Ketua DPD PDIP Maluku.
“Saya kira sampai pada titik ini publik Maluku akan menilai dengan kadar rasionalitas mereka bahwa pak Murad adalah tipikal pemimpin yang berjiwa besar untuk membesarkan partai yang beliau pimpin. Namun dengan tindakan penzoliman ini, saya yakin, PDIP sedang menggali kubur bagi mereka sendiri di 2024.” Tandasnya.
2 Komentar
lepuy ale ni lahir tahun barapa, murad berdarah darah besarkan PDIP di maluku, ale ni lagi mabok k, coba tribun coba cari narasumber yang mantap boleh.
Ale macam ahli politik
Masyarakat sudah pintar dalam menentukan pemimpin yang baik…