MASOHI Tribun-Maluku.com- Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) di Kabupaten Maluku Tengah pada 15 Februari 2017 membuat para bakal calon (Balon) bupati dan wakil bupati melakukan terobosan seperti mendaftar ke partai politik, melakukan loby-loby guna mendapatkan rekomendasi politik dan membangun komunikasih politik di tengah masyarakat.
Hal tersebut juga dialami balon bupati dan wakil bupati Malteng periode 2017-2022 yang berasal dari incamben yaitu Tuasikal Abua, SH yang berkomitmen untuk berpasangan dengan Marlatu L. Leleury, SE, kini menjadi sorotan dan perbincangan sebagian besar masyarakat di daerah ini.
Masyarakat berkeinginan agar Tuasikal mengmbil para politisi lain sebagai calon wakil bupati seperti Johan Lewerissa, Frans J. Pikarima dan Ibu Momi Patty, karena mereka memiliki kredibilitas besar dan sangat dikenal di masyarakat.
Kepada media ini di Masohi Selasa (26/4) Yustus mengatakan, dirinya bersama masyarakat Seram Selatan berkomitmen untuk tidak mendukung Tuasikal Abua dalam perhelatan Pemilukada Malteng 2017 mendatang jika berpasangan dengan ML.
“Kami sudah komitmen ketika pak Tuasikal berpasangan dengan Leleury maka kami akan beralih dan mendukung pasangan lain,”ucap Yustus dengan alasan selama 5 tahun kepemimpinan
Tuasikal-Leleury, belum ada bukti nyata pembangunan yang dilakukan oleh Leleury kepada kita masyarakat di Seram Selatan.
Di tempat terpisah, Pieter Berhitu putra negeri Ameth Kecamatan Nusalaut membenarkan kalau dukungan masyarakat Nusalaut kepada Leleury yang merupakan putra terbaik pulau anyo-anyo ini juga semakin merosot.
Menurut Berhitu, masyarakat Nusalaut tidak akan memberikan dukungan kepada Leleury karena berbagai faktor yang dirasakan masyarakat selama menjabat sebagai wakil bupati Malteng periode 2012-2017.
Dia berjanji untuk membangun klostor sebagai sarana tempat penyimpanan ikan di Negeri Ameth dan membuat lokasi wisata diatas batu karang di pelabuhan Negeri Ameth, namun hingga kini belum terpenuhi.
Janji Leleury itu disampaikan di depan ke-7 raja negeri dalam pertemuan bersama saat kunjungan Jhon Pieris anggota DPD-RI di Kantor Negeri Ameth pada 12 November 2013 lalu dan terutama kepada negeri Ameth.
“Ini merupakan janji palsu kepada masyarakat membuat masyarakat enggan untuk memilihnya kembali sebagai wakil bupati periode 2017-2022 mendatag,”ucap Berhitu.
Selain itu konflik antara negeri Ameth dan Akong juga tidak bisa diselesaikan oleh Leleury, padahal sebagai putra daerah seharusnya mencari solusi dan jalan terbaik untuk harus mempersatukan kedua negeri adat tersebut.
Olehnya itu, saya tegaskan kalau kami masyarakat di Kecamatan Nusalaut sudah tidak lagi memiliki dukungan kepada Leleury sebagai wakil bupati Malteng,”tegasnya.(TM08)