Ambon, Tribun Maluku : Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day pada 1 Mei 2025 menjadi momentum penting bagi pekerja di Maluku untuk menyuarakan hak-haknya.
Kepada wartawan Senin (28/04/2025) Koordinator Wilayah (Korwil) Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia KSBSI Provinsi Maluku Yeheskel. Haurissa, SH., M.H., C.MK., C.LS., C.NS. C.PM, menegaskan bahwa momen ini bukan sekadar seremoni, melainkan refleksi atas sejarah perjuangan buruh yang bermula dari tragedi di Amerika Serikat lebih dari seabad lalu.
“Tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai Hari Buruh untuk mengenang kawan-kawan yang menjadi korban dalam perjuangan menuntut hak-haknya,” ungkap Haurissa
Menurutnya, pada tingkat nasional, May Day 2025 akan dipusatkan di Monas, Jakarta, dan dijadwalkan dihadiri Presiden Prabowo Subianto.
Namun, menurutnya KSBSI Maluku memilih pendekatan berbeda, mengingat dinamika keamanan dan kondisi sosial ekonomi di wilayah ini, mereka menggelar kegiatan sosial dialog dan bakti sosial sebagai wadah menyampaikan aspirasi pekerja.
“Kami tidak bermaksud menentang pusat. Kami memilih jalan yang lebih damai, melalui dialog terbuka dengan pemerintah dan stakeholder. Yang penting aspirasi buruh tetap tersampaikan,” tegas Haurissa.
Menurutnya, tuntutan yang diusung tahun ini meliputi hak-hak normatif seperti pesangon, penolakan PHK sepihak, upah layak, akses perumahan pekerja, serta isu-isu nasional seperti iklim kerja sehat dan kesetaraan gender.
Tidak hanya itu, Haurissa menyoroti keruwetan regulasi ketenagakerjaan akibat perubahan perundang-undangan, seperti Perpu 6 Tahun 2023 yang telah diubah menjadi Undang-Undang pada 2024.
“Banyak aturan yang membingungkan pekerja. Misalnya soal outsourcing, jam kerja, kontrak, hingga pesangon. Fakta di lapangan, sering terjadi pelanggaran hubungan industrial, dan ini harus disuarakan,” jelasnya.
Sebagai bentuk nyata kepedulian, KSBSI Maluku akan membagikan sembako kepada 250 pekerja Buruh korban PHK pada 1 Mei, setelah sebelumnya mengadakan sosial dialog pada 30 April 2025.
“Kami ingin menunjukkan bahwa KSBSI bukan hanya organisasi aksi demo. Era sudah berubah. Sekarang ruang dialog sudah terbuka, dan kami ingin memanfaatkannya dengan cara yang lebih elegan dan bermartabat,” papar Haurissa.
Ia menambahkan, bakti sosial ini penting, mengingat banyak pekerja di Maluku kehilangan pekerjaan, baik akibat efisiensi perusahaan maupun masalah lainnya.
Mengakhiri keterangannya, Haurissa mengingatkan pemerintah dan semua pihak untuk lebih menghargai posisi buruh di Maluku.
“Kalau Maluku aman dan ekonominya tumbuh, pekerja juga akan sejahtera. Jangan tutup mata, sebab buruh adalah penyumbang devisa terbesar untuk Maluku lewat pajak dan pendapatan daerah,” pungkasnya