Tiakur,Tribun-Maluku.Com: Keindahan alam dan budaya serta spirit hidup Snyoli Leta yang terbungkus dalam bingkai Kalwedo, menjadi ciri khas tersendiri yang hanya ada di Maluku Barat Daya, yang tidak dimiliki daerah lain pada belahan dunia manapun.
“Maluku Barat Daya adalah sepotong surga di selatan tanah air. Tuhan memberikan surga itu kepada kita di Maluku barat daya untuk dijaga, dilestarikan dan dikembangkan, ” demikian diungkapkan bupati Maluku Barat Daya, Benyamin Thomas Noach, saat membuka festival Kalwedo pertama Senin (11/11/2019).
Dijelaskan Noach, guna membangun dan melestarikan surga kecil yang bernama Maluku Barat Daya. Maka masyarat Maluku Barat Daya harus mengjilangkan rasa iri dan dengki. Tanamkan rasa persatuan dan rasa memiliki dalam semangat Kalwedo untuk membangun Maluku Barat Daya.
Kedepannya lanjut Bupati Festival Kalwedo ini akan dijadikan event tahunan dalam kemasan yang menarik.
“Hal ini bertujuan agar budaya Maluku Barat Daya bisa go publik ke kancah nasional bahkan internasional, ” ujar Noach.
Noach berharap festival Kalwedo yang pertama yang digelar dalam sorotan Thema Pariwisata Berkembang, Maluku Barat Daya Maju. Dapat menjadi starting point peningkatan dunia pariwisata di Maluku Barat Daya.
Selain event pembukaan festival Kalwedo, momment ini juga bertepatan dengan delapan tahun peletakan batu pertama pembangunan infrastruktur di kota Tiakur sebagai ibu kota Kabupaten Maluku Barat Daya.
Pada acara pembukaan festival Kalwedo ini juga ditampilkan beberapa kekayaan budaya berupa tarian dan drama musikal. Tarian selamat datang, dan tarian Seka menjadi awal pembuka.
Setelah itu lantunan suara menarik Relly Noach, istri dari bupati Maluku Barat Daya. Yang menceritakan tentang keindahan Maluku Barat Daya dengan kekayaannya adalah surga kecil pemberian Tuhan di Selatan Indonesia, ikut meningkahi manisnya acara tersebut.
Puncak acara pembukaan festival Kalwedo pertama ini ditandai dengan penekanan tombol yang dikemas dalam wadah berupa kulit siput. Uniknya wadah tersebut dibawa oleh pasukan berkuda.
Drama musikal dengan judul Upa S’rui menjadi momment yang paling menguras air mata warga masyarakat, yang tumpah ruah memadati lapangan Kalwedo. Drama musikal dengan judul Upa S’rui ini menceritakan mengenai asal muasal hubungan kekerabatan antara Maluku Barat Daya dan Timor Leste.
Kemudian sebagai acara terakhir adalah devile kontingen dari 17 kecamatan di Bumi Kalwedo yang ikut dalam festival tersebut.