Pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan per kapita belum mampu berdiri sendiri untuk menjelaskan kesejahteraan masyarakat. Di tengah kehidupan yang semakin dinamis dewasa ini, angka-angka makro ekonomi dipandang tak cukup untuk menjelaskan secara baik mengenai perkembangan di masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai belum mampu meningkatkan taraf hidup rakyat banyak secara holistik di antaranya karena pertumbuhan banyak didorong oleh sektor yang tidak secara langsung menyentuh Masyarakat. (Badan Pusat Statistik).
Pertumbuhan ekonomi Seram Bagian Timur (SBT) sebesar 3,91 persen, PDRB Nominal senilai 3.509,35 milyar dan PDRB Perkapita sejumlah 24,23 juta rupiah di tahun 2023 masih menyisakan 1,9 ribu orang pengangguran. Selain itu, lebih dari 57,3 ribu orang yang mempunyai pekerjaan, sepertiganya bekerja pada sektor informal dengan rata – rata pendapatan perbulan yang masih rendah terutama pada lapangan usaha pertanian.
Disisi lain sekitar 1,45 ribu pengangguran yang ada adalah “lulusan sekolahan”, yaitu mereka yang telah menamatkan SMA, SMK, program diploma, atau universitas. Kondisi ini menunjukan bahwa meskipun banyak capaian yang sudah dilakukan, perekonomian tumbuh namun kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pembangunan masih menjadi tantangan besar yang terus mewarnai 20 tahun usia perjalanan daerah hari ini dan kedepan.
Indeks Pembangunan Manusia
Pada prinsipnya, pilihan manusia sangat banyak jumlahnya dan berubah setiap saat. Tetapi pada semua level pembangunan, ada tiga pilihan yang paling mendasar, yakni setiap orang harus berumur panjang dan hidup sehat, memperoleh pendidikan, dan memiliki akses terhadap sumber-sumber kubutuhan agar dapat hidup secara layak. Apabila ketiga hal mendasar tersebut tidak dimiliki, maka pilihan lain akan sangat sulit diakses oleh setiap orang.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit untuk mengukur capaian pembangunan kualitas hidup manusia. Pada tahun 1990, United Nations Development Programme (UNDP) membangun indeks ini untuk menekankan pentingnya manusia beserta sumber daya yang dimiliknya dalam pembangunan. Indeks ini terbentuk dari rata-rata ukur capaian tiga dimensi utama pembangunan manusia, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Dimensi umur panjang dan hidup sehat diukur dengan umur harapan hidup saat lahir. Dimensi pengetahuan diukur dengan rata-rata lama sekolah penduduk berusia 25 tahun ke atas dan harapan lama sekolah penduduk yang berumur 7 tahun. Sementara itu, dimensi standar hidup layak diukur dengan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan. (IPM Badan Pusat Statistik)
Perkembangan Dimensi Pembentuk IPM di SBT 2020–2023
Pembangunan manusia di Seram Bagian Timur terus mengalami kemajuan. Sejak tahun 2020, status pembangunan manusia sudah berada di level “sedang”. Selama 2020–2023, IPM SBT rata-rata meningkat sebesar 0,86 persen per tahun dari 68,11 pada 2020 menjadi 69,84 pada tahun 2023.
[Peningkatan IPM sejak 2020 – 2023 didukung oleh semua dimensi penyusunnya, terutama standar hidup layak dan pengetahuan. Dua indikator yang mengalami percepatan pertumbuhan, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) yang rata – rata tumbuh sebesar 1,59 persen. dan Pengeluaran Riil per Kapita yang rata – rata tumbuh sebesar 2 persen. Sementara itu, Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) pertumbuhannya selama 4 tahun terakhir sebesar 0,86 persen, Dimana pertumbuhan tertinggi sebesesar 1,14 persen ditahun 2023. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) pertumbuhannya selama empat tahun terakhir sebesar 1,59 persen.
Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat
Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2020 hingga 2023, UHH di SBT telah meningkat sebesar 0,99 tahun atau rata-rata tumbuh sebesar 0,51 persen per tahun. Pada 2020, UHH SBT adalah 67,23 dan pada tahun 2023 mencapai 68,33 tahun. UHH 2023 meningkat 0,40 tahun (0,62 persen) dibanding tahun sebelumnya, nilai ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan 2020–2022 (0,46 persen per tahun).
Indikator Ini menunjukan bahwa peningkatan kualitas kesehatan masyarakat di Seram Bagian Timur terus membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dimana harapan hidup seseorang sejak lahir didaerah ini mencapai 68,33 Tahun. Peningkatan UHH ini mencerminkan keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan layanan kesehatan, baik dalam hal fasilitas, aksesibilitas, maupun program kesehatan preventif seperti kampanye hidup sehat imunisasi dan lain-lain.
Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun ke atas dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas. Kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2020 hingga 2023, HLS SBT rata-rata meningkat 0,46 persen per tahun dan mencapai 12,91 tahun ditahun 2023, sementara RLS rata – rata meningkat 1,59 persen per tahun dan mencapai 8,82 tahun di Tahun 2023.
Indikator RLS di Tahun 2023 sebesar 12,91 menggambarkan bahwa rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 25 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal di SBT mencapai tingkat diploma I. Sedangkan proyeksi Pendidikan dimasa depan (harapan lama sekolah) HLS SBT ditahun 2023 sebesar 8,82 menunjukan banyaknya tahun yang dapat dicapai oleh anak-anak yang memasuki usia sekolah jika kondisi Pendidikan saat ini tetap berlaku dapat sampai pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas 3.
Dimensi Standar Hidup Layak
Dimensi ketiga yang mewakili pembangunan manusia adalah standar hidup layak yang direpresentasikan dengan pengeluaran riil per kapita per tahun (atas dasar harga konstan 2012) yang disesuaikan. Pada 2023, pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan masyarakat di SBT mencapai Rp10,02 juta per tahun. Capaian ini meningkat 429 ribu rupiah (4,47 persen) dibandingkan tahun sebelumnya dan lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan 2020–2022 yang sebesar 1,00 persen per tahun. Dalam IPM standart hidup layak merepresentasikan barang dan jasa yang dikonsumsi Masyarakat, bukan angka kelayakan atau batas minimal pengeluaran tertentu.
Pencapaian Pembangunan Manusia SBT diantara 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) capaian IPM di Seram Bagian Timur pada tahun 2023 sebesar 69,84 masih dibawah capaian rata – rata IPM Provinsi Maluku yang nilainya 72,75. Dengan capaian angka tersebut Seram Bagian Timur masih masuk kategori sedang dan membutuhkan sedikit upaya untuk mencapai IPM 70,00 untuk masuk kategori tinggi dan hal ini bisa saja terjadi ditahun 2024 ini.
Apabila dibandingkan dengan Kabupaten lain di Provinsi Maluku, Kabupaten Seram Bagian Timur menempati rangking ketujuh untuk capaian IPM diantara 11 Kabupaten/Kota. Jika di urutkan dari IPM yang tertinggi Kota Ambon (82,84), Maluku Tengah (74,34), Buru (72,11), Tual (71,67), Seram Bagian Barat (71,68), Maluku Tenggara (69,91) Seram Bagian Timur (69,84), Kepulauan Aru (68,19), Buru Selatan (67,68), Kepulauan Tanimbar (67,04), dan terendah Kabupaten Maluku Barat Daya (66,71).
Visi Pembangunan Manusia SBT Kedepan
Salah satu tugas pembangunan yang terpenting adalah menerjemahkan pertumbuhan ekonomi menjadi peningkatan pembangunan manusia, yaitu bagaimana pemerintahan yang berkuasa kedepan mampu mengimplementasikan pencapaian-pencapaian pembangunan dan makro ekonomi menjadi peningkatan kualitas dan harkat hidup masyarakat secara merata. Resistensi pasti ada, namun pemangku kebijakan harus tetap memberikan kepastian bahwa daerah ini harus terus tumbuh, layar harus terus berkembang dan perahu(daerah ini) tetap pada arah kompas yang benar.
Dengan menyadari peranan IPM sebagai salah satu indikator capaian kualitas pembangunan manusia, maka dalam 5 sampai 20 tahun kedepan indikasi rencana kebijakan pembangunan manusia harus selalu diperhatikan baik dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025 – 2045 maupun didetailkan pada Program Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pemerintahan terpilih. ketiga dimensi pembentuk IPM perlu untuk terus diupayakan peningkatannya secara berkelanjutan. Peningkatan IPM pada hakikatnya dapat ditafsirkan sebagai keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan dalam memperluas pilihan- pilihan (enlarging the choices of the people). Maksudnya, IPM sebagai perwujudan dari pembangunan manusia itu sendiri harus mampu menggambarkan seberapa jauh kualitas hidup manusia dapat meningkat dari waktu ke waktu.(IPM BPS)
Masyarakat SBT harus dibuat mudah dan mampu membuat pilihan untuk hidup lebih sehat dan berumur panjang, berilmu pengetahuan, memiliki akses terhadap sumberdaya agar hidup layak dan ikut berpartisipasi dalam menentukan kebijakan yang memengaruhi hidupnya meliputi kebebasan politik, hak asasi dan harga diri. Upaya untuk meningkatkan IPM, tidak hanya bergantung semata mata kepada pertumbuhan ekonomi, sebab pertumbuhan ekonomi hanyalah syarat perlu. Agar pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pembangunan manusia, maka pertumbuhan ekonomi juga harus diikuti dengan syarat cukup, yaitu pemerataan pembangunan baik dalam aspek kesehatan maupun aspek Pendidikan.
Oleh: Muhammad Saleh Daeng Parany, Statistisi Ahli Muda Badan Pusat Statistik.